Bak sebuah pesta yang disambut meriah, masyarakat Enrekang yang sebagian besar adalah petani menjadikan marrangan atau berburu babi sebagai kegiatan yang menyenangkan. Berburu babi sudah dilakoni masyarakat sejak tahun 1904.
Minggu, 03 januari, ratusan warga dari berbagai kecamatan yang ada di Enrekang berkumpul di Kelurahan Lewaja dusun Kukku membawa tombak dan parang yang dijadikan senjata dalam perburuan. Beberapa warga juga ada yang membawa anjing pemburu mereka. Anjing itu bukan sembarang anjing, tapi sudah terlatih dalam perburuan.
Manta (59), salah satu yang dituakan dalam kelompok parrangan (Pemburu babi) membawa dua sudah memakan ratusan babi. Berburu babi sudah lakoni manta sejak masih kecil. “ Sampai sekarang, marrangan sudah jadi hobi yang menyenangkan,” Katanya.
Dawing (52) salah satu pemburu babi juga mengatakan marrangan sebagai hobi yang dilakoni sejak dulu. Terakhir Dawing yang memiliki kebun coklat ini, memburu babi lima tahun yang lalu. “ Trakhir saya ikut berburu babi lima tahun lalu, marrangan sudah jadi hobi saya sejak dulu,” Kata Dawing.
Sabir, mahasiswa semester IV di salah satu perguaruan tinggi di Makassar bahkan mengatakan berburu babi sudah ia lakoni sejak masih di SD. “ Pertama kali saya diajak orang tua berburu babi, sekarang saya juga sudah biasa dan senang jika diajak lagi” Katanya.
Pesta berburu babi ini menurut manta memiliki nilai-nilai sosial. Dengan adanya marrangan, masyarakat dapat menjalin komunikasi dan bersatu. Sebelumnya, di antara warga yang berlainan desa atau wilayah masih terjadi konflik-konflik. “ Tapi dengan seringnya pesta marrangan ini, hal itu dapat teratasi,” Kata Manta.
Manta juga menegaskan bahwa pasta marrangan bebas dari kepentingan partai dan golongan. “ Disini tidak ada partai-partaian dan tidak ada yangmengatasnamakan golongan, semua cair dan berbaur,” Kata Manta
Menurut Manta, marrangan sudah menjadi budaya yang turun temurun dilakoni masyarakat Enrekang. Kegiatan marrangan dipelopori oleh Nene’ Tera, Nene’ Sandang, Nene’ Tenga dan Nene’ Lahida pada tahun 1904. Kemudian, tahun 1946 dilanjutkan oleh Ambe Gamisa dan Ambe Rahiyang. Pada Tahun 1959 sampai sekarang Parrangan dibawah komando Ambe Sidang.
Selain menjadi sebuah pesta masyarakat, marrangan juga lebih dekat dengan istilah memburu hama babi yang sering merusak hasil pertanian masyarakat. Kabupaten Enrekang adalah kabupaten yang banyak menghasilkan tanaman pertanian sehingga babi menjadi musuh masyarakat yang penghidupannya dibidang pertanian.
Bupati Enrekang Haji La Tinro La Tunrung saat melepas para pamburu babi ini mengatakan Kegiatan Marrangan sangat positif sebab menjadi alat pemersatu masyarakat. “ Ini merupakan kegiatan luar biasa yang diperlihatkan masyarakat dalam menjalin hubungan satu dengan lainnya,” Kata La Tinro.
Bupati mengingatkan agar masyarakat tidak lagi memakai memasang aliran listrik di areal kebun yang dapat membahayakan nyawa manusia demi menjerat babi. Kegiatan marrangan diharapkan dapat terus tumbuh dan dilestarikan. ( Muhammad Naim)
Senin, 04 Februari 2008
Marrangan, Pesta berburu Babi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
hey
Just saying hello while I read through the posts
hopefully this is just what im looking for looks like i have a lot to read.
Posting Komentar