Melibas Jalur Panjang menanjak, Membuktikan nyali mengenal lebih dekat Bungin.
Laporan : Naim Muhammad
Baraka masih sepi saat saya, sidik dan sandi berkeliling Kota Baraka. Belum ada aktifitas warga yang cukup berarti. Kami mengelilingi Pasar Baraka. Tanda-tanda ramainya pasar belum terlihat. Kami sarapan didepan pasar.
Firman Agam (Immang) dan Yunus Baharuddin (Yunus), mencari peralatan sepeda.
Syaifullah Panana ( Om Iful), dan Iwan Bone (Ibon's) mengecek kondisi sepeda.
Jadwal Tim jelajah sepeda dihari kedua akan menyusur rute Baraka-Bungin sepanjang 70 Kiloter. Tim jelajah sepeda lima kecamatan memiliki semangat ganda menuju Bungin. Tim ingin membuktikan kalau rute Bungin bisa di Capau dan sekaligus memecahkan rekor bersepeda menuju wilayah yang dulunya disebut terisolir. Bungin menjadi Obsesi awal dalam perjalanan jelajah sepeda ini.
" Saya ingin menulis tentang Bungin, dan bersepeda menuju kesana memberi pengalaman yang mengensankan pastinya," kata Sidik Manggala.
Teman-Teman ECC juga punya Obsesi yang sama. Menurut mereka, Tantangan dan mencari pengalaman bersepeda menuju daerah-daerah dipelosok Enrekang memberi kepuasan. " Bersepeda bukan hanya untuk olah raga tapi kami selalu ingin mencari tantangan," kata Ibon's, salah satu anggota ECC.
Walaupun baru berumur dua bulan, Sebagai organisasi, Enrekang Cycle Community (ECC) yang dipimpin Sutrisno, sudah punya pengalaman menaklukkan tanjakan-tanjakan dan pelosok-pelosok di Enrekang. " Tapi baru kali ini, kami bisa bersama Fajar Group melibas lima Kecamatan," kata Immang, Sekretaris ECC.
Sebelum berangkat, saya sempatkan cek kondisi tubuh di Puskesmas Baraka. Ada banyak warga yang antri disana. Untung ada suster yang baik hati yang mau melayani saya dengan senang hati. Saya harus mengecek kondisi tubuh sebab lima hari sebelum Tim Jelajah menjajal Lima Kecamatan, saya begadang terus menyelesaikan laporan. Tensi saya cukup bagus kata suster yang tidak mau menyebut namanya.
Tim jelajah sepeda meninggalkan Baraka saat panas sudah diatas kepala. Harusnya tim berangkat di pagi hari. Tapi kami harus menunggu Andy,Appang, Amri, Risal, dan Iccang, lima anggota ECC yang rencananya akan bergabung bersama menuju Bungin. Lama menunggu, Kami akhirnya putuskan untuk segera berangkat. Mereka menyusul naik ambulans. Sepeda bersama mereka diatas ambulans.
Baru ratusan meter sepeda dikayuh, tanjakan sudah menghadang. Stamina langsung terkuras. Jalan menanjak kami lewati sampai Desa Banti. Jalur Baraka menuju Banti jauhnya kurang lebih delapan Kilo meter. Jalan sudah beraspal hingga Pasar Banti. Tim sampat istiharat di Banti saat hujan rintik turun. Kami sibuk mencari kantong plastik untuk membungkus peralatan. Banti selama ini dikenal sebagai daerah penghasil bawang. " Banti menjadi daerah lumbung bawang di Baraka," kata Sandi.
lepas dari banti, jalan mulai berlubang-lubang. Jalan mulai berbeton saat masuk didaerah Titok sampai sapuko. Sebelum masuk Sapuko, Tanjakan tinggi sekitar lima ratus meter di Kaju Sangto membuat beberapa Tim mendorong sepedanya. Lepas dari tanjakan yang berbatsan dengan Sapuko, Sekcam Bungin, Ridwan Palembai bersama beberapa warga ikut menyambut. Ridwan juga membawa sepedanya dan bersama-sama mengayuh sepeda.
Masuk dusun Dea Kaju perbatasan bungin, kami melewati jalan berbatu dan menurun. Rantai sepeda sidik sempat bermasalah. Jalan yang berbatu kami lewati dengan aman.
Malam sudah mulai menampakkan dirinya saat kami masuk di Kecamatan Bungin. Jalan di Bungin sebagian besar belum terlalu bagus. Lima Teman dari ECC yang tiba dengan Ambulans mulai bergabung diujung tanjakan di Dusun Dante Durian. Kami bersama-sama mengayuh sepeda masuk Kota Bungin dengan jarak sekitar lima kilometer.
Camat Bungin A. Fadli Hakim menjamu kami di Rumah Jabatannya. Ia sempat meragukan kami bisa melalui jalur Baraka-BUngin dengan sepeda. " Sebelum teman-teman sampai, saya awalnya ragu kalian bisa masuk Bungin dengan naik sepeda," katanya.
Syaiful Panama yang biasa kami panggil Om Iful awalnya mengira akses jalan menuju bungin masih belum sebagus yang dilewati. " Saya pikir kita akan kesulitan, tapi jalan sudah bagus rupanya," kata Om Iful yang sudah delapan tahun menjadi penikmat sepeda.
Bungin yang berpenduduk 1.734 jiwa terdiri dari lima Desa yakni Desa Bungin, Tallang Rilau, banua, Bulo, Baruka, dan Sawitto. Bungin menjadi kecamatan Otonom sejak Tahun 2002. Mayoritas warganya bertani khusunya kopi. BUngin selain dikenal sebagai daerah Mandiri Energi, Bungin juga terkenal dengan kopinya. Pemerintah menggalakkan menyiapkan 30 Hektar lahan untuk peremajaan Kopi Arabika Typica.
Sebelumnya, Bungin menjadi daerah yang terisolir. Bahkan sempat dikatakan daerah buangan bagi PNS. " MUngkin karena dulu akses jalan susah sekali sehingga ada image itu, tapi sekarang kami sudah terbuka dan image daerah buangan tidak berlaku lagi," kata Fadli.
Dibungin, salah satu Desanya, Nating disebut sebagai penghasil Kopi arabika yang berkualitas baik. Tanahnya yang diatas 1400 Dpl sangat cocok untuk kopi semacam itu. Nating menjadi daerah ketiga yang akan ditembusi Tim Jelajah Sepeda.
Fadli yang baru tiga bulan menjabat mengatakan, masih banyak pekerjaan berat yang musti dilakukan untuk membuat wilayahnya bisa bersaing dengan kecamatan lainnya. Selain itu, Ridwan menambahkan desa-desa dibungin bisa dikategorikan sebagai desa tertinggal.
" Upaya memaksimalkan potensi daerah kami akan kami genjot terus," kata Fadli.
Ada kehangatan warga yang menyambut kami dibalik cuaca dingin Bungin. Alam yang memberikan air yang melimpah membuat Bungin terkenal dengan potgensi Listrik Airnya. Bupati Enrekang Haji La Tinro La Tunrung selalu menghimbau masyarakat Bungin agar menjaga alamnya. " Kedepan, Bungin bisa menjadi daerah yang menghasilkan listrik dari Air yang dapat memberikan kesejahteraan bagi warganya,"kata La Tinro suatu waktu saat bertemu dengan warga Bungin.
(Bersambung....)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar