Minggu, 29 Januari 2012

Jelajah Sepeda Lima Kecamatan ( Fajar Gorup dan ECC) Bagian Pertama

Sore sudah mau pergi saat Tim Jelajah Sepeda Keliling Lima Kecamatan kerjasama Fajar Group dan Enrekang Cycle Community berkumpul depan Asrama Rumah Sakit Massenrempulu. Direktur RSU Massenrempulu dr. Siswandi juga sudah muncul. Dokter yang juga penikmat sepeda itu melepas Tim dan bersama-sama menggoes sepeda. dr. Siswandi yang Pembina ECC mengantar hingga Kilometer sepuluh di Poros Malauwe. Di hari pertama, Tim jelajah sepeda pada akan menyelesaikan Rute Enrekang-Baraka dengan Jarak tempuh sejauh 30an kilometer.

Teman-teman ECC sudah melaju kencang, Saat keluar dari RSU. Saya bersama Sidik (Wartawan Fajar) keteteran dibelakang. Dan Fisik kami sudah harus diuji begitu lepas dari batas Kota. Tanjakan panjang sudah menghadang. Keringat bercucuran dan nafas ngos-ngosan.
" Gila, Jantung sudah tak beraturan detaknya," kata Sidik yang sudah ngos-ngosan padahal baru sekitar satu kilo rute kami jalanani.

Kami menghabiskan waktu sekitar sejam lamanya untuk sampai di Kilometer sepuluh. Rupanya, sekitar pukul enam, teman-Teman ECC sudah menunggu lama disana. Untung ada Sandi yang bergabung dengan kami. Dengan motornya, ia kadang menarik saya dan sidik jika sudah tak sanggup melibas tanjakan.Sandi menjadi Tim Evakuasi dan merangkap perlengkapan.

Ide Jelajah sepeda Lima Kecamatan ini muncul begitu saja. Tidak ada persiapan matang sebelumnya. Awalnya kami hanya ingin menulis tentang Bungin. Tapi ide berkembang jauh, dan kami mengundang ECC yang berpengalaman dengan kegiatan sepedanya untuk ikut bergabung. Kegiatan berkeliling kecamatan dengan sepeda mungkin yang pertama dilakukan di Enrekang.

ECC yang dihari pertama ini diwakili Irman Agam (Immang), Yunus Baharuddin (Yunus), Syaifullah Panama, Irwan Bone (Ibons) tak bisa kami kejar. Mereka sudah usai sholat Isya saat kami tiba di Kotu. Malauwe - Kotu dengan jarak lima kilometer kami tempuh

Magrib pun berlalu di Malauwe. Tim sholat di Mesjid Masaleu setelah dijamu makan malam di Hajatan keluarga Kabag Humas Abdul Gani. Usai makan, Syaifullah Panama menyusul Tim di Malauwe. Dokter Siswandi Muncul lagi dengan motornya.
" Wah, baru sampai sini, perjalanan ke Baraka Masih panjang, bisa sampai tengah malam," kata dr. Siswandi.

Tim kemudian melanjutkan perjalanan setelah lampu-lampu sepeda sudah dipasang. Sandi, tadinya menggantikan saya menggoes. Saya yang bawa motor. Sekitar lima ratus meter, sandi yang semangat sekali menggoes tiba-tiba berhenti.
" Saya tidak sanggup naik sepeda, sakit kekenyanganka ( Sakit perut karena terlalu kenyang)," kata Sandi. Saya kembali ambil kendali sepeda.

Perjalan panjang Lima Kecamatan awalnya ide iseng belaka. Ide ini digelontorkan Sidik. Ada kenekatan sebenarnya menembusi Lima Kecamatan dengan sepeda. Saya bersama sidik tidak punya persiapan fisik sebelumnya. Idenya hanya ingin menulis cerita ringan tentang bungin dan kopi saja. Tapi ide berkembang dan kami mengundang ECC untuk beegabung dalam jelajah sepeda ini.

Di Poros Lurah setelah Kotu, Teman-teman ECC lagi-lagi menunggu kami yang terus kedodoran menggoes. Jam sudah menunjukkan pukul depalan. Perjalanan Malam melibas poros Lurah menuju Cakke kembali dilanjutkan setelah kami cukup istirahat. " Masih ada satu tanjakan lagi sebelum dapat bonus," kata Immang, salah satu teman dari ECC. Bonus diistilahkan jalan menurun. Kalau sudah dapat bonus, kami teriak dan menikmati angin yang menampar wajah dengan dinginnya malam.

Bonus masih menyongsong kami hingga pasar Cakke. Rute Cakke-Baraka sepanjang 10 Kilometer yang gelap kami tembusi dengan lampu sepeda yang nyalanya sekepal tangan. Fisik sudah terlalu capek. Jalan yang kami lalui sudah dibeton. Di Saruran masih ada sekitar 200 meter yang berlubang belum diperbaiki. Mungkin susah diperbaiki sebab tanah disana masih sering longsor. Namun akses jalan sepenuhnya sudah tak ada masalah bagi kami menuju Baraka.

Disaruran, kecamatan Anggeraja masih ada beberapa warga yang membersihkan bawang merah di bawah rumah. Bawang merah yang saat ini harganya sekitar tujuh ribu masih menjadi tanaman primadona di Anggeraja dan Baraka. Petani bawang masih mengandalkan bibit dari Bima (NTB). " kalau bibit lokal hasilnya tidak terlalu bagus," kata Mama Immang, petani bawang. Selain bibit dari Bima, bibit bawang juga banyak berasal dari Surabaya dan magelang.

Malam pun hampir larut saat kami tiba dirumah Deki Kabara yang juga masih keluarga dekat saya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Perjalanan panjang Enrekang baraka saya tempuh lima jam lamanya bersama sidik. Sementara Immang, Ibons, Yunus, Om Iful dan Surya kurang dari itu. Saat kami sampai, mereka sudah menikmati hidangan dari yang punya rumah. Mereka cepat sekali sampainya. Mereka tak punya kendala berarti dalam perjalanan. Fisik oke ditunjang latihan bersepeda selama ini membuat mereka enjaoi saja dalam perjalanan. Setelah berbincang-bincang sebentar, Tim istirahat untuk kembali siap-siap menuju Bungin yang lebih menantang jalurnya.

(Bersambung).....

Tidak ada komentar: