Minggu, 16 Desember 2007

Anak Galeri Pintar Ikut Gerak Jalan Santai

Pagi menjelang, beberapa anak-anak galeri pintar sudah kumpul. Suara mereka membuatku bangun, aku pun beranjak dari kasur, mandi dan menemui mereka. Anak cewek masih ada yang belum datang.

Tepat, setengah tujuh, mereka sudah kumpul. Sembilan belas anak dan saya bergerak menuju kantor BRI, kami ingin turut meramaikan kegiatan gerak jalan santai memperingati HUT Bank BRI yang ke-112, minggu (16/12). Hari ini juga, Tata, anakku ulang tahun. Sayang dia tidak bersamaku. Dia masih di Bandung.

Sampai disana, beberapa orang heran melihat kami sebab kami membawa tas segala, katanya kami salah alamat kalau ingin piknik. Padahal didalam tas, ada buku dan buku gambar. Buku kami bawa untuk menuliskan kesan kami saat mengikuti gerak jalan santai, dan begitupun dengan buku gambar. Kami akan lukiskan bagaimana ramainya gerak jalan santai itu.

Saat ditengah keramaian orang menunggu mulai acara, beberapa orang juga merasa aneh melihat kami kami berkumpul, bersenda gurau dan bernyanyi.

“ Kita tidak usah malu, kita harus berani dan tunjukkan kalau kita sebagai anak yang ingin maju dan selalu bersemangat,” Kata saya mengobarkan semangat mereka. Mereka ternyata cuek juga dengan lingkungan yang ada.

Ada seorang ibu menanyakan kami anak-anak dari mana, menayakan kenapa pakaian kami hitam-hitam dan pink dan bukannya minta baju ke Panitia sebab panitia menyediakan baju. Tapi kami memang sengaja ingin berbeda.

Saat jalan santai dimulai, Kami benyanyi, orang-orang pada ngeliatin lagi, mereka masih anek dengan kami, awalnya mereka banyak yang menertawakan, ada juga beberapa anak yang malu-malu ingin bergabung. Kami selalu bernyanyi dan bernyanyi di jalan. Tak ada raut capek yang ada dibenak kami.

Tiba kembali ke kantor BRI, kami berimpitan dengan bapak-bapak mengambil jatah konsumsi. Ada diantara kami yang terjepit. Meja pengambilan terlalu tinggi untuk ukuran anak-anak. Untung ada seorang bapak yang ngerti dan mau membantu menahan orang-orang. Dan selamatlah kami dari himpitan tubuh yang lebih besar cuek dengan suara kami. Mereka hanya ngurus diri mereka sendiri. Berlomba mendapatkan roti dan minuman kemasan gelas yang dibagikan.

Saat kami makan, ada seorang anak yang memunguti plastik kemasan air, diperintah oleh seorang ibu yang seenaknya. Hatiku miris melihatnya. Kontras dengan anak-anak lain yang bersama orang tuanya, tertawa, berlari, makan dan berbaju bagus. Anak sekecil dia sudah harus mencari uang. Aku ngga tau, apakah ibu yang memerintahnya itu ibunya atau bukan. Anak itu kelihatan sangat kesal dengan teriakan-teriakannya. Aku tak sempat menanyakan siapa namanya. Apakah ia masih sekolah atau tidak. Dan berapa penghasilannya. Mungkin suatu saat aku akan berjumpa lagi dengannya.

Pengundian kupon sudah berlangsung. Kami mengambil tempat dibelakang. Anak-anak galeri tampak antusias, tapi aku lihat beberapa juga yang sudah capek, mengantuk dan mungkin juga sudah lapar.

“kalau kita yang dapat, kakak aja yang naik mengambil hadiahnya ya,” Kata mereka optimis.

Kupon sudah banyak disebut, tapi belum ada nomor kupon yang kami pegang disebut. Aku akhirnya mengajak mereka untuk pulang. Takut kalau mereka kelaparan menunggu selesainya acara. Kami diantar mobil seorang kawan.

Tidak ada komentar: