Minggu, 24 Agustus 2014

* Perjalanan Menuju Dusun Bulo ( Bagian satu )

Gerakan Sumbang Buku Untuk Anak-Anak di Dusun Terpencil
Dusun Bulo, Desa Bulo, Kec. Bungin.


Enam Kardus Buku, Genset dan beberapa akomodasi lainnya sudah siap dan terikat di atas Motor Anak-Anak Galeri Macca. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan. Doel, Ohe Magenta ( Mewakili Makkita Foto Club ) dan dua orang Mahasiswa KKN Umpar yang rencana akan ikut belum juga muncul. Motor-motor yang sudah siap kami cek kembali. Jangan sampai ada yang tertinggal dan menghambat kegiatan. Setelah lama menunggu, akhirnya mereka berdatangan. Deru Motor mulai memecah jalan. Pukul setengah sebelas, kami akhirnya berangkat.

Belum lama berjalan, rombongan kami sempat terhalang polisi yang sweeping. Beberapa dari kami memang ada yang tidak memakai Helm. Tapi setelah sedikit negosiasi dan menjelaskan kegiatan kami, akhirnya kami dibebaskan berangkat.

Lepas dari halangan Polisi, Perjalanan kami menuju Dusun Bulo, Desa Bulo, Kec. Bungin dilingkupi rasa senang. Kagiatan yang akan kami lakukan kami sebut Gerakan Sumbang Buku Untuk Anak-Anak di Dusun Terpencil II. Kegiatan itu dilaksanakan pada Tanggal 18 - 20 Agustus. Kegiatan ini yang kedua kalinya kami lakukan setelah tahun lalu kami lakukan di Dusun Nating, juga di Kec. Bungin.

Kami sempat berhenti sejenak di Baraka menyiapkan bekal. Ada dua Dus Indomie, dua Rak telur dan Beras kami beli. Bekal itu kami siapkan agar tidak memberatkan tuan rumah yang siap menampung kami. Setelah rehat sejenak, perjalanan kami lanjutkan.

Menjelang sore, kami tiba di Kec. Bungin. Kami bertemu kawan kami A. Sandar Mas, yang akan mempertemukan kami dengan orang-orang yang bisa dihubungi untuk ke Dusun Bulo. Di Bungin rupanya tengah berlangsung rangkaian acara peringatan HUT Kemerdekaan. Warga dari desa-desa yang ada di Bungin ikut dalam perlombaan-perlombaan yang diadakan. Begitu juga dengan warga yang ada di Dusun Bulo, termasuk anak-anak sekolahnya, juga ada di Bungin. Rencana Awal bermalam di Bulo dan Nonton Film bersama anak-anak Sekolah kami rapatkan kembali. Kalaupun harus dipaksakan berangkat ke Bulo bermalam, hanya ada sedikit warga yang tinggal disana. Sementara jika bermalam di Bungin, rasanya tidak akan ada yang berkesan. Setelah lama berunding, kami tetap putuskan untuk masuk ke Dusun Bulo. Kami diantar seoarang Kepala Dusun. Sebelum berangkat, kami melapor terlebih dahulu ke Kepala Desa Bulo yang selama ini tinggal di Bungin. Kami tinggalkan bungin sebelum magrib. Perjalanan seru menuju Bulu sudah terbayang di depan mata. Bulo selama ini di kenal sebagai daerah yang terpencil. Akses jalan yang parah membuat warga disana merasa terisolir. Cerita tentang jalan itu menantang kami untuk masuk ke sana. ( Bersambung)

Tidak ada komentar: