tag:blogger.com,1999:blog-33461708946334714002024-03-19T01:22:58.888-07:00Galeri Macca Enrekangnaim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.comBlogger191125tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-3468553615430173332014-08-24T06:50:00.001-07:002014-08-24T06:54:43.038-07:00* Perjalanan Menuju Dusun Bulo ( Bagian satu )<span class="userContent">Gerakan Sumbang Buku Untuk Anak-Anak di Dusun Terpencil<br /> Dusun Bulo, Desa Bulo, Kec. Bungin.</span><br />
<br />
<span class="userContent"><span class="userContent">Enam Kardus Buku, Genset dan beberapa akomodasi lainnya sudah siap dan terikat di atas Motor Anak-Anak Ga<span class="text_exposed_show">leri
Macca. Waktu sudah menunjukkan pukul sembilan. Doel, Ohe Magenta (
Mewakili Makkita Foto Club ) dan dua orang Mahasiswa KKN Umpar yang
rencana akan ikut belum juga muncul. Motor-motor yang sudah siap kami
cek kembali. Jangan sampai ada yang tertinggal dan menghambat kegiatan.
Setelah lama menunggu, akhirnya mereka berdatangan. Deru Motor mulai
memecah jalan. Pukul setengah sebelas, kami akhirnya berangkat.<br /> <br />
Belum lama berjalan, rombongan kami sempat terhalang polisi yang
sweeping. Beberapa dari kami memang ada yang tidak memakai Helm. Tapi
setelah sedikit negosiasi dan menjelaskan kegiatan kami, akhirnya kami
dibebaskan berangkat. <br /> <br /> Lepas dari halangan Polisi, Perjalanan
kami menuju Dusun Bulo, Desa Bulo, Kec. Bungin dilingkupi rasa senang.
Kagiatan yang akan kami lakukan kami sebut Gerakan Sumbang Buku Untuk
Anak-Anak di Dusun Terpencil II. Kegiatan itu dilaksanakan pada Tanggal
18 - 20 Agustus. Kegiatan ini yang kedua kalinya kami lakukan setelah
tahun lalu kami lakukan di Dusun Nating, juga di Kec. Bungin.<br /> <br />
Kami sempat berhenti sejenak di Baraka menyiapkan bekal. Ada dua Dus
Indomie, dua Rak telur dan Beras kami beli. Bekal itu kami siapkan agar
tidak memberatkan tuan rumah yang siap menampung kami. Setelah rehat
sejenak, perjalanan kami lanjutkan.</span></span> </span><br />
<span class="fullpost">
Menjelang sore, kami tiba di Kec. Bungin. Kami bertemu kawan kami A. Sandar Mas, yang akan mempertemukan kami dengan orang-orang yang bisa dihubungi untuk ke Dusun Bulo.
Di Bungin rupanya tengah berlangsung rangkaian acara peringatan HUT Kemerdekaan. Warga dari desa-desa yang ada di Bungin ikut dalam perlombaan-perlombaan yang diadakan. Begitu juga dengan warga yang ada di Dusun Bulo, termasuk anak-anak sekolahnya, juga ada di Bungin.
Rencana Awal bermalam di Bulo dan Nonton Film bersama anak-anak Sekolah kami rapatkan kembali. Kalaupun harus dipaksakan berangkat ke Bulo bermalam, hanya ada sedikit warga yang tinggal disana. Sementara jika bermalam di Bungin, rasanya tidak akan ada yang berkesan.
Setelah lama berunding, kami tetap putuskan untuk masuk ke Dusun Bulo. Kami diantar seoarang Kepala Dusun. Sebelum berangkat, kami melapor terlebih dahulu ke Kepala Desa Bulo yang selama ini tinggal di Bungin. Kami tinggalkan bungin sebelum magrib. Perjalanan seru menuju Bulu sudah terbayang di depan mata.
Bulo selama ini di kenal sebagai daerah yang terpencil. Akses jalan yang parah membuat warga disana merasa terisolir. Cerita tentang jalan itu menantang kami untuk masuk ke sana.
( Bersambung)
</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-56383989838111146062014-08-10T23:48:00.000-07:002014-08-10T23:48:05.835-07:00Berbagi Buku di Dusun Bulo. ( Dusun Terpencil di Kab. Enrekang )<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7lN0DJnag6k9ENqlnwQdoE1qDPHjdimyzoODK7ym5dgf3yQUaHqOOIbbEryKniIuCNMamhqokTLc1t9XsV-y_p0KKeOufwQbC8dWfC0qpZntHnnPjnfHajmZGSm0FBt_jNPYLyx9hyphenhyphenuI/s1600/10433908_10204186090395059_2503448377440124048_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh7lN0DJnag6k9ENqlnwQdoE1qDPHjdimyzoODK7ym5dgf3yQUaHqOOIbbEryKniIuCNMamhqokTLc1t9XsV-y_p0KKeOufwQbC8dWfC0qpZntHnnPjnfHajmZGSm0FBt_jNPYLyx9hyphenhyphenuI/s320/10433908_10204186090395059_2503448377440124048_n.jpg" /></a></div>
Bagi orang-orang yang ada di wilayah perkotaan, untuk mendapatkan Buku tidaklah sulit. Bagaimana dengan mereka yang ada di dusun-dusun terpencil ? Akses jalan saja masih susah, apalagi jika berbicara tentang buku. Akibatnya, Pendidikan di wilayah-wilayah terpencil masih sangat jauh tertinggal. <span class="fullpost">
Untuk itu, Komunitas Galeri Macca mengajak masyarakat ikut ambil bagian dalam Program bagi Buku untuk Dusun Terpencil. </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ5YVumBUZFw1CPSeg7uMjHvYFVJcUeyECwSdMvJTwGsWMfyei-i2QRuwcyZvH8YqyQEfad3sEuaf1PZknCRB6OUAIHGsmUykmWYdm_49wpox3hlLl-H7OMZJugZLnVDhB867dGox3fv0/s1600/10455286_668622866539117_7367731700075165047_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhZ5YVumBUZFw1CPSeg7uMjHvYFVJcUeyECwSdMvJTwGsWMfyei-i2QRuwcyZvH8YqyQEfad3sEuaf1PZknCRB6OUAIHGsmUykmWYdm_49wpox3hlLl-H7OMZJugZLnVDhB867dGox3fv0/s320/10455286_668622866539117_7367731700075165047_n.jpg" /></a></div>
<span class="fullpost">Tahun ini, sasaran Program Bagi Buku di Dusun Bulo, Desa Bulo, Kec. Bungin. Kegiatan berbagi buku akan dilaksanakan pada tanggal 16 - 17 Agustus. Kagiatan ini juga akan diramaikan dengan Nonton Bareng Film Bertema Pendidikan dan acara-acara lain untuk menyemarakkan Hut Proklamasi. </span><br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8jmNZDT9KVGUGtvJljUnB40p-M0PYTbdFlhltmIjL1LWk_G1uKZoyMtSEflN-02f8HgFYpIAeEcxsjPgYMuObnKbJjPivTchPGVEy6T3dovdyUfRpUsx6K8khCgUYMB_iCh5L35N1Ra0/s1600/10505566_10204416099905153_7094076032245070419_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8jmNZDT9KVGUGtvJljUnB40p-M0PYTbdFlhltmIjL1LWk_G1uKZoyMtSEflN-02f8HgFYpIAeEcxsjPgYMuObnKbJjPivTchPGVEy6T3dovdyUfRpUsx6K8khCgUYMB_iCh5L35N1Ra0/s320/10505566_10204416099905153_7094076032245070419_n.jpg" /></a></div>
<span class="fullpost">Buku yang dapat disumbangkan antara lain :
1. Buku pelajaran SD ( Kurikulum Terbaru )
2. Buku Pengetahuan ( Ensiklopedia/buku asal-usul/penemuan sesuatu)
3. Buku Anak ( Baru/Lama ) layak baca, diutamakan bermateri mendidik
4. Buku Keagamaan untuk Anak.
5. Komik Edukasi / Novel Anak / Buku Dongeng / Cerita Rakyat Dll.
6. Buku-buku tentang pertanian yang menginspirasi.
7. Majalah-majalah untuk bacaan Ibu. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Bagi yang ingin berpartisipasi, tapi tidak memiliki buku untuk disumbangkan, kami membuka sumbangan untuk nanti kami belikan buku.
Mari ikut mensukseskan Pendidikan Generasi Muda. </span><br />
<br />
<span class="fullpost">Komunitas Galeri Macca Enrekang.
cp : Naim Muhamma ( 081355293479 ) </span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-24598727212480546792012-12-07T22:28:00.001-08:002012-12-07T22:28:14.496-08:00Nyanyian Kanak-kanak Tergerus Jaman.Waktu kami kanak-kanak, kami biasanya bermain dijalan, dibawah kolong rumah atau kalau hujan, kami main hujan-hujanan. Kalau musim mangga, kami pergi mencari mangga.
Kami, saat masih SD, mengenal banyak permainan. Kadang kami pergi cari bambu, yang kalau sudah pulang kena marah, hanya untuk bikin senjata-senjata. Bambu itu kami potong sepanjang 15 cm, kemudian membuat gagangnya dan memberi kayu untuk menusuk peluru masuk ke lubang bambu. Pelurunya dari kertas koran yang dibasahi.
Kalau malam, permainan yang populer bagi kami yakni main sembunyi-sembunyi. Biasanya kami saling memanggil dari rumah kerumah teman jika baru dua tiga orang yang kumpul.
Ada beberapa permainan yang jika dimainkan kami bernyayi bersama. Ada main "Cicci Lojo", " Ledos-Ledos (serupa main kereta-kereta api)", " Cuncumpene ", dan " Kacang-kacang panjang"
<span class="fullpost">
Kalau main " Cicci Lojo ". Permainan ini serupa dengan main kucing-kucingan. Untuk mencari kucingnya, salah seorang membuka tangannya (seperti meminta), kemudian jari telunjuk kami melekat ke Tangannya, kemudian bersama-sama bernyayi.
Ciccillojo samanna lojo
Sarepuna tonjo
Cappuuuuuu.
(Bersamaan dengan kalimat "Cappuu", kami semua harus berlomba mengangkat telunjuk agar tidak dipegang oleh teman yang membuka tangannya, kalau tidak ada yang tertangkap, kemudian kembali telunjuk disimpan ditelapak tangan dan mulai lagi menyambung nyanyian)
Pisang goreng coklat
enak lagi
Ekor macannnnn
(Kami kembali mengangkat telunjuk pas saat nyanyian " Ekor Macan" kami lagukan.) Kalau belum ada telunjuk teman yang didapat kami meluai lagi dari awal bernyanyi. Begitu terus sampai ada yang dapat.
Beberapa nyanyian diatas ingin kami tulis, kumpulkan dan kembali ingin diperkenalkan kepada kanak-kanak. Nyanyian-nyaian kanak-kanak itu sudah tidak pernah terdengar lagi. Sekarang, anak-anak sudah mengenal Game. Baik Game online, Game komputer dan lain-lain.
Masih ada yang hafal lagu main-mainan anak-anak seperti diatas ? Kalau ada, tulis dalam kolom komentar ya...
Saat ini, bersama anak SMK Latanro yang tergabung dalam Komunitas Anak Latanro (Koala), kami juga ingin membawakan lagu-lagu itu dalam pentas Teater. Masih ada yang hafalkah ?
</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-71873032387479029572012-08-10T05:35:00.004-07:002012-08-10T05:35:54.762-07:00Sepeda " Macca"Belakangan ini, orang-orang mulai malas bersepeda. sepeda-sepeda yang dulu beseliweran dijalanan kini terparkir begitu saja dirumah-rumah. Sama seperti nasib sepeda-sepeda yang lain, sepedaku juga hanya menghuni beranda rumahku saja. Sesekali dipakai anak-anak, namun lebih banyak menjadi penjaga rumahku.
<span class="fullpost">
Bike To Work yang pernah marak setiap hari jumat kini tinggal seruam saja. Tulisan-tulisan Hati-Hati Anda Memasuki Kawasan Bersepeda yang ada disetiap sudut Kota Enrekang sudah tidak ada lagi artinya. Sepeda yang sempat menjadi trend ini hanya mampu bertahan beberapa bulan saja. Kalau istilah warga, trend seperti ini hanya panas-panas tai ayam.
Begitulah Enrekang. Trend-trend warga muncul dan cepat menguapnya. Trend-trend yang sempat muncul yang juga Fenomenal adalah Ayam Ketawa. Dulu juga sempat ada beberapa anak muda yang main skateboad, sekarang muncul lagi komunitas motor trail. Dan seperti pepatah, orang sudah memprediksi, trend itu pasti hanya trend-trend-an saja.
Kalimat yang bernada negatif itu juga muncul saat kami membuka Cafe Macca dipinggir sungai Mata Allo, tepatnya didepan Kantor Kejaksaan. " Paling juga bertahan sebentar saja, lalu ilang," begitu nada-nada itu muncul.
Dibulan Ramadhan ini, tidak ada aktifitas di Cafe Macca. Kami tutup. Kegiatan-kegiatan yang sudah dirancang untuk Bulan Agustus bergeser dibulan September nanti.
Saat membuka Cafe Macca, konsep pertama yang kami tawarkan adalah Nongkrong minum kopi sambil baca buku. Namun, buku-buku yang kami siapkan disana hanya menjadi hiasan tanpa tersentuh. Mengajak orang untuk membaca memang tidak mudah.
Agar buku-buku itu bisa dilirik banyak orang, buku-buku itu harus bergerak. Maka muncullah ide membuat Sepeda Macca. Konsepnya, Sepeda itu menarik gerobak berukuran mini yang ditarik sepeda. Digerobak itu nantinya, buku-buku itu akan dibawa menyambangi sekolah, kampus dan tempat-tempat ramai.
</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-4313607024922336222012-07-11T05:33:00.002-07:002012-07-11T05:33:34.794-07:00Agenda Bulan Juli Macca CafeMemasuki bulan kedua, minggu kedua di bulan Juli ini, Macca Cafe kembali menggelar lomba menggambar untuk anak-anak. Kali kedua ini, ada empat orang anak yang ikut. Acara kecil-kecilan ini akan terus berulang tiap bulannya di minggu kedua, di hari rabu.
Dan untuk menyambut dan menyemarakkan bulan suci Ramadhan, Macca Cafe akan menggelar festifal film bertema Islami, Lomba Baca Puisi anak SD dan menggelar kreasi seni Cahaya Perahu Kertas dialiran Sungai Mata Allo. <span class="fullpost">
</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-78040720321661551262012-07-02T04:07:00.001-07:002012-07-02T04:07:43.126-07:00Macca CafeLangit kembali Mendung. Mereka yang bersantai ditepian sungai mata Allo, sungai yang membelah kota Enrekang was-was. Hujan mungkin saja turun seperti malam kemarin yang membuat fans spanyol dan italia menggigil menanti pehelatan final uero 2012.
Hujan itu juga menjadi penanda. Sudah sebulan ini, Macca Cafe yang kurintis bersama teman-teman di Galeri Macca melayani penikmat kopi dikala sore dan malam hari. Sudah sebulan, cafe yang berada didepan kantor kejaksaan ini berdiri.
<span class="fullpost">
Macca Cafe awalnya ingin menghadirkan suasana santai menikmati senja dipinggir sungai sambil baca buku dan minum kopi. Ada puluhan judul buku kami suguhkan. Merangsang budaya baca, itu yang jadi tujuan kami. Tapi, sebulan ini, buku hanya menjadi saksi saat kami melayani kaum muda yang nongkrong disini. Buku hanya diam.
Tentu kami tidak putus asa dengan itu. Jalan panjang sudah dibuka. Selain melayani pembeli kami juga mencoba membuat kegiatan-kegiatan untuk menghangatkan suasana Cafe. Sebulan ini kami sudah menggelar tiga kegiatan. Ada lomba menggambar motor vespa, nonton film karya anak SMA Neg 1 Enrekang. Dan Terakhir kami menggelar malam apresiasi baca puisi. dan hari Rabu menjadi pilihan kami mengelar kegiatan-kegiatan itu. Rencananya kegiatan itu akan terus kami lakukan tiap bulannya. Hari Rabu kami jadikan hari berkreasi.
Kopi, Roti dan suasana menjadi teman disini. Welcome to Macca Cafe.
</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-27713485892100200372012-01-29T01:34:00.000-08:002012-01-29T01:42:03.660-08:00Jelajah Sepeda Lima Kecamatan ( Fajar Gorup dan ECC). (Habis)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5rXUaa_uHxEwtUV7CYolW8Y0miHZdGbaYuuglb_qdR87-qLySj7RGjRNoCgIQm5Bflqfw8nM5P5LsL447nLAIrSFze4q9tksQWt3dIDVkk5jnaOH1fL_APeP72GsGUvRPruBJ2ArFLm8/s1600/IMG_44981.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5rXUaa_uHxEwtUV7CYolW8Y0miHZdGbaYuuglb_qdR87-qLySj7RGjRNoCgIQm5Bflqfw8nM5P5LsL447nLAIrSFze4q9tksQWt3dIDVkk5jnaOH1fL_APeP72GsGUvRPruBJ2ArFLm8/s320/IMG_44981.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Melewati Hutan Asri dan Melibas Malam dengan Sepeda..</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Tim Jelajah sepeda sudah melalui perjalanan panjang dari Enrekang-Baraka-Bungin-Nating. Melibas jalur sepanjang 90 Kilometer. Saya dan Sidik (Wartawan Fajar) bersama teman-teman dari Enrekang Cycle Community (ECC) semakin akrab dan kompak. Tiga Hari dalam perjalanan naik sepeda me</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">mbuat kami seperti satu keluarga.<br /><br />Tim kami masih lengkap. Selain saya dan Sidik, masih ada sandi dan Risal (Tim logistik dan evakuasi). Om Iful, Immang , Ibon's, Yunus (siraja tanjakan), Amri, Andi, Iccang dan Appang.<br /><br />Bungin yang berkesan akan segera kami tinggalkan. Nating tidak pernah akan kami lupakan. Diantara kenangan-kenangan itu, Syaifullah Panama adalah orang yang berbahagia diantara kami saat di Nating. Ia merayakan kelahirannya yang ke 45, saat di Nating. " Terima kasih buat teman-teman yang selalu memberi semangat, dan semoga sisa usia saya ini masih bisa memberikan yang terbaik," kata Om Iful, begitu kami menyapanya.<br /><br /><span class="fullpost">Tibalah kami harus meninggalkan Kecamatan Bungin menuju kecamatan Maiwa. Camat Bungin A. Fadli melepas kami dengan haru. " Terima kasih, sudah membuat Bungin jadi spesial bagi teman-teman," kata Fadli. Sekcam Bungin, Ridwan Palembai yang kami sapa Babe akan menuntun kami menuju perbatasan Bungin-Maiwa-Tapong. Babe membawa mobil, juga sesekali naik sepeda bersama kami.<br /><br />Jalur yang kami lalui masih berbatu. Kadang pula masih tanah coklat. " Kalau hujan, pasti jalan sudah licin dan berlumpur disini," kata Babe. Tanjakan ?, jangan dikira sudah tidak ada, hampir sebagian jalan menuju Desa Banua perbatasan Bungin-Maiwa menanjak terus. Sesekali kami mendapat jalur bonus yang menantang dan barbatu-batu. Jalur Bungin-Maiwa hampir bisa dipastikan tidak bisa dilalui kendaraan Roda Empat kecuali mobil yang berhandle. Jarak Bungin-Banua sekitar 18 Kilometer.<br /><br />Kami melewati jalur hutan alami. Hawa sejuk perjalanan terasa sekali padahal, kami tinggalkan Bungin tepat pukul dua siang hari. Saya sempat mencuim aroma cengkeh dalam perjalanan. Kadang pula melewati warga yang membawa tuak manis. Warga perbatasan masih banyak yang membuat gula merah. Ditengah perjalanan, kami sempat mencicipi Sori (Gula merah yang agak lunak yang dimasukkan dalam bambu).<br /><br />Saat sore sudah tenggalam, kami istrahat sejenak di rumah Kepala Desa Banua Dasi Jaga. Hutan di Banua masih asri. Kami masih mendengar celetukan monyet yang nyaring. Dasi Jaga menjamu kami di rumahnya. Dengan bercanda, Dasi jaga mengatakan ia lebih memilih diminta datang ke Kota Enrekang tujuh kali bolak-balik daripada musti ke Bungin sekali. " Jalan menuju bungin masih parah dan susah dilalui motor," kata Dasi jaga.<br /><br />Banua dihuni kurang lebih 600 KK. Warganya banyak yang menanam coklat dan kemiri. Salah satu dusunnya juga ada yang menanam Kopi Arabika. " Disini juga masih banyak warga yang membuat gula Aren," kata Dasi Jaga.<br /><br />Usai sholat magrib, Banua yang jaraknya dari ibukota Enrekang sekitar 70 kilometer, kami tinggalkan. Perjalanan kami lanjutkan menuju Desa Tapong yang jaraknya sekitar 35 Kilometer. Kami menembus malam dengan sepeda. Babe (sekcam Bungin) masih mengikuti dan menyenter kami dengan lampu mobilnya. Keringat melibas tanjakan dan campur dorong membuat suasana malam semakin asik. Risal (Tim Evakuasi) selalu sigap memberikan kami air. Sementara Sandi juga ikut membantu menyinari jalan dengan lampu motornya. Tiap sepeda sebenarnya di lengkapi lampu. Tapi cahayanya tidaklah terang menyenter jalan yang menyusuri hutan-hutan.<br /><br />Tim jelajah menyempatkan istirahat di Desa Baringin dirumah warga. Makan malam disana. Risal yang sejak di Banua selalu mencari WC karena perutnya sakit, lagi-lagi berurusan dengan WC di Baringin. Cap pengamat WC akhirnya tertanam setiap ia dipanggil. " Disini warga sudah sadar akan kebersihan MCKnya teman, semua WCnya bersih-bersih," kata Risal bak pengamat.<br /><br />Anjing seperti melepas saat Tim meninggalkan Baringin. Sepanjang jalan, dihampir tiap rumah, anjing keluar kejalan dan terus menggonggong. Untungnya tidak ada yang dikejar dan digigitnya. Kalau kena rabies, bisa bahaya.<br /><br />Lepas dari Desa Baringin, kami lagi-lagi menembus malam yang gelap. Beberapa teman ada yang mendengar suara-suara aneh. Bahkan saya, sempat disapa anak kecil yang berdiri didepan rumah yang gelap ditengah hutan. " Hati-hati pak, sudah malam," kata anak ditengah gelap itu. Saya hanya berterima kasih dan tak berpikiran aneh. Rupanya hanya saya yang disapanya, Tidak ada diantara Tim yang mendengar suara itu.<br /><br />Disusun Tempe-Tempe, tanjakan tinggi lagi-lagi menghadang. Yunus siraja tanjakanpun KO. Baju sudah basah keringat. Kami lagi-lagi harus menuntun sepeda. Jam di tangan Amri sudah menunjukkan pukul 11 malam.<br /><br />Akhirnya tepat jam dua belas malam kami sampai di Desa Tapong. Panitia persiapan pelantikan Kades Tapong Farmila, Kades Perempuan Pertama di Enrekang, menyambut kami. Kepala Bapemdes Imran Bidohang juga tampak disana. Kami di jamu makan malam sebelum istirahat.<br /><br />Rupanya, jadwal naik sepeda Bupati Enrekang Haji La Tinro La Tunrung bersama rombongan berubah. Awalnya, rombongan yang kebanyakan pejabat itu akan kembali ke Enrekang melalui jalur Tapong-Enrekang usai pelantikan Kades. Mereka membawa sepeda mereka menuju ibukota Kecamatan Maiwa. Tim yang sudah terlanjur sepakat dengan Jalur Tapong-Enrekang akhirnya melanjutkan perjalanan Menuju Enrekang, berpisah dengan rombongan sepeda pejabat.<br /><br />Siang sudah terlanjur datang saat kami beranjak dari Tapong. Panas sangat menguras tenaga. Jalur yang kami lalui berbeda dengan jalur di Wilayah Baraka-Bungin. Walaupun panas, udara disana masih tersa dingin dan rindang oleh pohon. Jalur Tapong-Enrekang membuat kami sering rehat menyegarkan nafas. Kami masuk kota Enrekang saat Sore hari. Tim beriringan dengan tertib. Tim jelajah sepeda Lima Kecamatan pun kembali berkumpul di RSU Massenrempulu. Ridwan Palembai (Babe) membubarkan Tim jelajah sepeda yang melibas 150 Kilometer lebih di Lima Kecamatan. Akhirnya, Kami pulang membawa cerita dan kenangan.<br /><br />Masih ada Tujuh Kecamatan yang belum diselesaikan. Semoga masih ada cerita dilain hari. Sukses, Fajar Group (Radar Enrekang dan Parepos) bersama Enrekang Cycle Community. (Habis)</span>
</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-14741275723898480952012-01-29T01:32:00.000-08:002012-01-29T01:42:57.910-08:00Jelajah Sepeda Lima Kecamatan ( Fajar Gorup dan ECC) Bagian Ketiga.<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv5SR9z_PDSVZRc78TfwyE65Jm2WpPzcDLd-8b-2ZVr5Ve4QIl0ytjk6e20Dnu8B12OvPOuD98Qkh7pSwdVtIS7E6ys7pEBIg-2s1GNNUpTY2y-iHAAEzdnrHC3zOsLBwnC-ZMcL5nz-k/s1600/395300_3107503689138_1310695303_3216388_369127559_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgv5SR9z_PDSVZRc78TfwyE65Jm2WpPzcDLd-8b-2ZVr5Ve4QIl0ytjk6e20Dnu8B12OvPOuD98Qkh7pSwdVtIS7E6ys7pEBIg-2s1GNNUpTY2y-iHAAEzdnrHC3zOsLBwnC-ZMcL5nz-k/s320/395300_3107503689138_1310695303_3216388_369127559_n.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Ekspedisi Nekat, Menggapai Prestise dan Kebanggaan.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Ahmad Yunus dan Farid Gaban, dua orang jurnalis pernah mengelilingi wilayah-wilayah terpencil di Indonesia dengan sepeda motor. Penjelajahan itu mereka namakan Ekspedisi Zamrud Khatulistiwa. Catatan perjalanan mereka ditulis Yunus dan melahirkan buku " Meraba Indonesia, Ekspedi</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">si "Gila" keliling Indonesia".<br /><br />Dalam pengantar bukunya, yunus mengatakan banyak orang yang ingin mengenal Indonesia. Ia yakin, ia tidak sendirian. Banyak orang yang memiliki perasaan yang sama dengannya. " Nusantara akan melekat dalam benak orang yang pernah dan punya pengalaman berkeliling Indonesia. "Sungguh saya beruntung melihat indonesia dari dekat dan meleburkan khayalan tentangnya," kata yunus dalam bukunya.<br /><br />Buku Meraba Indonesia memberikan inspirasi bagi kami melibas Lima Kecamatan di Enrekang. Enrekang memiliki 12 Kecamatan. Dalam Ekspedisi jelajah sepeda ini kami hanya memilih lima Kecamatan yakni Enrekang, Anggeraja, Baraka, Bungin dan Maiwa.<br /><br />Kenapa Harus Sepeda ?. Sidik Manggala (wartawan Fajar) mengatakan sepeda saat ini lagi trend di Enrekang. " Kenapa tidak sekalian kita buat sesuatu dengan sepeda," kata Sidik.<br /><br />Sudah banyak orang yang berkeliling Nusantara dengan sepeda. Tapi mungkin baru kami yang melakukan ini di Enrekang. Ada kebanggaan dan prestise tersendiri yang dirasakan Tim Jelajah dalam Ekspedisi nekat ini.<br /><br />" Ada cerita yang bisa disimpan untuk anak cucuku nanti," kata Andi, salah satu anggota Tim dari ECC.<br /><br /><span class="fullpost">Dan kenekatan kami ini sudah kami buktikan melewati jalur Enrekang-Baraka sepanjang 30 Kilometer di hari pertama, Baraka-Bungin sepanjang 40 kilo meter di hari kedua. Hari ketiga perjalanan dilanjutkan ke Dusun Nating, Desa Sawitto, yang masih dalam wilayah Kecamatan Bungin dengan jalur yang menanjak menyusuri tiga gunung dengan jarak 10 Kilometer. Perjalan nekat ini sudah kami tempuh sepanjang 90 kilometer.<br /><br />Camat Bungin A. Fadli Hakim masih tidak bisa percaya kalau Tim Jelajah Sepeda Lima Kecamatan (Fajar Group dan ECC) bisa menembus Bungin dengan Sepeda. Apalagi mau melanjutkan perjalanan menuju Dusun Nating yang jauh diatas gunung.<br /><br />" Saya masih tidak bisa percaya, teman-teman datang kesini dengan sepeda," kata Fadli geleng-geleng kepala.<br /><br />Hari ketiga Tim jelajah sepeda melanjutkan perjalanan menuju Dusun Nating. Nating memberikan daya tarik tersendiri bagi Tim jelajah sepeda. Nating selama ini dikenal sebagai daerah penghasil kopi arabika. Nating berada di atas ketinggian 1400 dpl.<br /><br />Di Nating, kami ingin melihat langsung pohon kopi yang usianya sudah ratusan tahun. Menurut kabar yang kami dapat sebelumnya, pohon kopi itu besarnya seperti pelukan tiga orang yang berpegangan membentuk lingkaran. " Besar sekali kan," kata saya memanas-manasi sidik.<br /><br />Jalur menuju Nating menanjak terus. Jalannya sempit, hanya bisa dilalui kendaraan roda dua. Sisi-sisi jalannya banyak jurang yang menganga. Lengah sedikit bisa terpental kedalamnya. Kami melawati kebun-kebun warga. Jalan yang terus menanjak membuat kami banyak mendorong. Syaifullah Panama (Om Iful) mengistilahkan TTB (Tuntun Terus dengan Baik)<br /><br />Ditengah perjalanan, ban sepeda Firman Agam (Immang) bocor. Jalur sudah kami lalui dua jam lamanya. Untung sudah ada persiapan ban yang dibawa. Saat ban diganti, Daus (40), salah satu warga Nating yang baru pulang menjual Cabe dari Baraka menghampiri kami. Ia tidak percaya kalau kami ingin ke Kampungnya. " Mau terus naik dengan sepeda ?" tanyanya dengan nada heran.<br /><br />Perjalanan Nating adalah perjalanan yang mengesankan sekali. Haus dan lapar mendera tim dalam perjalanan. Sepertinya Nating selalu menjauh dari kami. Setiap kali bertemu warga yang berjalan kaki atau yang naik motor, kami pasti selalu bertanya. Dan Jawabannya selalu sama, sudah dekat, tinggal beberapa kilo lagi. Tapi Nating tidak juga muncul-muncul.<br /><br />Akhirnya, setelah lima jam mendaki dengan sepeda, kami pun tiba disambut Hujan. Dingin yang pelan menyerang tubuh mendapat kehangatan kopi Nating. Kamaruddin (40) tuan rumah yang ramah menyuguhkan kami Kopi asli yang cukup terkenal itu.<br /><br />" Kaya mimpi kami bisa liat orang datang kesini dengan sepeda. Orang naik motor saja jarang," kata Kamaruddin.<br /><br />Arabika. Itulah yang membuat kami ingin mendaki ke Nating. Dusun Nating, berbatasan langsung dengan Luwu. Menurut Kamaruddin, di Nating ada sekitar 100 ribu pohon pohon kopi.<br />" Disini ada dua kelompok Petani Kopi dengan jumlah anggota sekitar 25 orang, setiap orang punya pohon kopi sekitar 2000 pohon" kata Kamaruddin, bapak tiga anak.<br /><br />Kamaruddin mengatakan, kendala yang dihadapi petani di Nating adalah persoalan pupuk. Angkutan dan harga pupuk mahal. Pupuk sampai Nating sekirar ratusan. " Padahal di kota kecamatan cuma 70 ribu," kata Kamaruddin.<br /><br />Di Nating, Pemerintah menyiapkan lahan 30 hektar untuk peremajaan kopi arabika typica. Kopi jenis ini pernah melegenda karena cita rasa dan aromanya. Pemerintah menyediakan 80 ribu bibit untuk peremajaan dan dikelola kelompok tani riwang.<br /><br />Kami penasaran dengan Cerita Pohon kopi besar. Menurut Kamruddin, pohon kopi itu ada di kampung Pujappo dusun Katabi yang berbatasan dengan Dusun Nating. " Tapi batangnya cuma sebesar paha orang dewasa, umurnya kurang lebih 20 tahun," kata Kamaruddin bercerita.<br /><br />Ternyata, pohon kopi tua itu hanya sebesar paha, bukan seperti yang kami bayangkan sebelumnya, sebesar pelukan tiga orang dewasa yang berpegangan. Kami, tidak sempat melihat pohon itu. Tempatnya jauh diujung lembah. Kami hanya bisa membayangkjan saja bagaimana besarnya pohon kopi yang sudah tidak berbuah itu.<br /><br />Matahari pagi sudah menyinari Nating saat kami sudah siap meninggalkan Kampung yang memberi kesan. Anak-anak sekolah SDK Nating sudah memenuhi jalan-jalan setapak. Mereka kebanyakan tak memakai sepatu. Ada juga yang hanya pakai sendal.<br /><br />Tahun 2007 Nating tadinya mau di relokasi ke daerah kampung baru. Namun warga menolak. " kalo kami pindah kesana tidak ada yang urus kopi. Disana kami tidak bisa berbuat apa-apa, padahala kami mau makan," kata Kamaruddin.<br /><br />Hangat matahari masih terasa saat kami tinggalkan Nating. Jalan terjal yang terus menurun justru membuat nyali kami terpacu. Dua jam kurang, kami sudah sampai di Ibukota Kecamatan Bungin. Tim rehat sejenak. Usai sholat dhuhur Tim melanjutkan perjalanan menuju Desa Tapong.<br /><br />(Bersambung)</span>
</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-17777656785966578612012-01-29T01:30:00.000-08:002012-01-29T01:40:44.730-08:00Jelajah Sepeda Lima Kecamatan ( Fajar Group dan ECC) (bagian kedua)<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrpNkcZTdSY1ji4HYtp-PYB9_Krq43XCQ4NFmvifUeJnBVBjQ-HOYgSVhaz8P4IAJDx_N8FbkhfZrgSVaxlSFTtVb56sBnmgaz_q9qd-qpk9opzMqA82gp89bCL4iD1Oty1U5xFkKGwIg/s1600/408974_3106596866468_1310695303_3216238_1585579193_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrpNkcZTdSY1ji4HYtp-PYB9_Krq43XCQ4NFmvifUeJnBVBjQ-HOYgSVhaz8P4IAJDx_N8FbkhfZrgSVaxlSFTtVb56sBnmgaz_q9qd-qpk9opzMqA82gp89bCL4iD1Oty1U5xFkKGwIg/s320/408974_3106596866468_1310695303_3216238_1585579193_n.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Melibas Jalur Panjang menanjak, Membuktikan nyali mengenal lebih dekat Bungin.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Laporan : Naim Muhammad </span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Baraka masih sepi saat saya, sidik dan sandi berkeliling Kota Baraka. Belum ada aktifitas warga yang cukup berarti. Kami mengelilingi Pasar Baraka. Tanda-tanda ramainya pasar belum terlihat. Kami sarapan didepan pasar.</span><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><br style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;" /><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Fir</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">man Agam (Immang) dan Yunus Baharuddin (Yunus), mencari peralatan sepeda.<br />Syaifullah Panana ( Om Iful), dan Iwan Bone (Ibon's) mengecek kondisi sepeda.<br /><br />Jadwal Tim jelajah sepeda dihari kedua akan menyusur rute Baraka-Bungin sepanjang 70 Kiloter. Tim jelajah sepeda lima kecamatan memiliki semangat ganda menuju Bungin. Tim ingin membuktikan kalau rute Bungin bisa di Capau dan sekaligus memecahkan rekor bersepeda menuju wilayah yang dulunya disebut terisolir. Bungin menjadi Obsesi awal dalam perjalanan jelajah sepeda ini.<br /><br />" Saya ingin menulis tentang Bungin, dan bersepeda menuju kesana memberi pengalaman yang mengensankan pastinya," kata Sidik Manggala.<br /><br />Teman-Teman ECC juga punya Obsesi yang sama. Menurut mereka, Tantangan dan mencari pengalaman bersepeda menuju daerah-daerah dipelosok Enrekang memberi kepuasan. " Bersepeda bukan hanya untuk olah raga tapi kami selalu ingin mencari tantangan," kata Ibon's, salah satu anggota ECC.<br /><br /><span class="fullpost">Walaupun baru berumur dua bulan, Sebagai organisasi, Enrekang Cycle Community (ECC) yang dipimpin Sutrisno, sudah punya pengalaman menaklukkan tanjakan-tanjakan dan pelosok-pelosok di Enrekang. " Tapi baru kali ini, kami bisa bersama Fajar Group melibas lima Kecamatan," kata Immang, Sekretaris ECC.<br /><br />Sebelum berangkat, saya sempatkan cek kondisi tubuh di Puskesmas Baraka. Ada banyak warga yang antri disana. Untung ada suster yang baik hati yang mau melayani saya dengan senang hati. Saya harus mengecek kondisi tubuh sebab lima hari sebelum Tim Jelajah menjajal Lima Kecamatan, saya begadang terus menyelesaikan laporan. Tensi saya cukup bagus kata suster yang tidak mau menyebut namanya.<br /><br />Tim jelajah sepeda meninggalkan Baraka saat panas sudah diatas kepala. Harusnya tim berangkat di pagi hari. Tapi kami harus menunggu Andy,Appang, Amri, Risal, dan Iccang, lima anggota ECC yang rencananya akan bergabung bersama menuju Bungin. Lama menunggu, Kami akhirnya putuskan untuk segera berangkat. Mereka menyusul naik ambulans. Sepeda bersama mereka diatas ambulans.<br /><br />Baru ratusan meter sepeda dikayuh, tanjakan sudah menghadang. Stamina langsung terkuras. Jalan menanjak kami lewati sampai Desa Banti. Jalur Baraka menuju Banti jauhnya kurang lebih delapan Kilo meter. Jalan sudah beraspal hingga Pasar Banti. Tim sampat istiharat di Banti saat hujan rintik turun. Kami sibuk mencari kantong plastik untuk membungkus peralatan. Banti selama ini dikenal sebagai daerah penghasil bawang. " Banti menjadi daerah lumbung bawang di Baraka," kata Sandi.<br /><br />lepas dari banti, jalan mulai berlubang-lubang. Jalan mulai berbeton saat masuk didaerah Titok sampai sapuko. Sebelum masuk Sapuko, Tanjakan tinggi sekitar lima ratus meter di Kaju Sangto membuat beberapa Tim mendorong sepedanya. Lepas dari tanjakan yang berbatsan dengan Sapuko, Sekcam Bungin, Ridwan Palembai bersama beberapa warga ikut menyambut. Ridwan juga membawa sepedanya dan bersama-sama mengayuh sepeda.<br /><br />Masuk dusun Dea Kaju perbatasan bungin, kami melewati jalan berbatu dan menurun. Rantai sepeda sidik sempat bermasalah. Jalan yang berbatu kami lewati dengan aman.<br /><br />Malam sudah mulai menampakkan dirinya saat kami masuk di Kecamatan Bungin. Jalan di Bungin sebagian besar belum terlalu bagus. Lima Teman dari ECC yang tiba dengan Ambulans mulai bergabung diujung tanjakan di Dusun Dante Durian. Kami bersama-sama mengayuh sepeda masuk Kota Bungin dengan jarak sekitar lima kilometer.<br /><br />Camat Bungin A. Fadli Hakim menjamu kami di Rumah Jabatannya. Ia sempat meragukan kami bisa melalui jalur Baraka-BUngin dengan sepeda. " Sebelum teman-teman sampai, saya awalnya ragu kalian bisa masuk Bungin dengan naik sepeda," katanya.<br /><br />Syaiful Panama yang biasa kami panggil Om Iful awalnya mengira akses jalan menuju bungin masih belum sebagus yang dilewati. " Saya pikir kita akan kesulitan, tapi jalan sudah bagus rupanya," kata Om Iful yang sudah delapan tahun menjadi penikmat sepeda.<br /><br />Bungin yang berpenduduk 1.734 jiwa terdiri dari lima Desa yakni Desa Bungin, Tallang Rilau, banua, Bulo, Baruka, dan Sawitto. Bungin menjadi kecamatan Otonom sejak Tahun 2002. Mayoritas warganya bertani khusunya kopi. BUngin selain dikenal sebagai daerah Mandiri Energi, Bungin juga terkenal dengan kopinya. Pemerintah menggalakkan menyiapkan 30 Hektar lahan untuk peremajaan Kopi Arabika Typica.<br /><br />Sebelumnya, Bungin menjadi daerah yang terisolir. Bahkan sempat dikatakan daerah buangan bagi PNS. " MUngkin karena dulu akses jalan susah sekali sehingga ada image itu, tapi sekarang kami sudah terbuka dan image daerah buangan tidak berlaku lagi," kata Fadli.<br /><br />Dibungin, salah satu Desanya, Nating disebut sebagai penghasil Kopi arabika yang berkualitas baik. Tanahnya yang diatas 1400 Dpl sangat cocok untuk kopi semacam itu. Nating menjadi daerah ketiga yang akan ditembusi Tim Jelajah Sepeda.<br /><br />Fadli yang baru tiga bulan menjabat mengatakan, masih banyak pekerjaan berat yang musti dilakukan untuk membuat wilayahnya bisa bersaing dengan kecamatan lainnya. Selain itu, Ridwan menambahkan desa-desa dibungin bisa dikategorikan sebagai desa tertinggal.<br /><br />" Upaya memaksimalkan potensi daerah kami akan kami genjot terus," kata Fadli.<br /><br />Ada kehangatan warga yang menyambut kami dibalik cuaca dingin Bungin. Alam yang memberikan air yang melimpah membuat Bungin terkenal dengan potgensi Listrik Airnya. Bupati Enrekang Haji La Tinro La Tunrung selalu menghimbau masyarakat Bungin agar menjaga alamnya. " Kedepan, Bungin bisa menjadi daerah yang menghasilkan listrik dari Air yang dapat memberikan kesejahteraan bagi warganya,"kata La Tinro suatu waktu saat bertemu dengan warga Bungin.<br /><br />(Bersambung....)</span>
</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-33729603217636745052012-01-29T01:28:00.000-08:002012-01-29T01:39:26.525-08:00Jelajah Sepeda Lima Kecamatan ( Fajar Gorup dan ECC) Bagian Pertama<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhztd4a60c2iljv0u4Ns3Lksn4O2u4BJL3eU3_aH1rSCmv2vxH7pO1zO_nl2LYjfLuC3U89wJNTI33AsYXwS5DVT23fDqGLYAOz5ZoXngITmTjCn_d5jsBPGDIzUZcMdLfrnK0PLQM3pvI/s1600/406613_3100532034851_1310695303_3214011_175449131_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="213" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhztd4a60c2iljv0u4Ns3Lksn4O2u4BJL3eU3_aH1rSCmv2vxH7pO1zO_nl2LYjfLuC3U89wJNTI33AsYXwS5DVT23fDqGLYAOz5ZoXngITmTjCn_d5jsBPGDIzUZcMdLfrnK0PLQM3pvI/s320/406613_3100532034851_1310695303_3214011_175449131_n.jpg" width="320" /></a></div>
<span style="background-color: white; color: #333333; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">Sore sudah mau pergi saat Tim Jelajah Sepeda Keliling Lima Kecamatan kerjasama Fajar Group dan Enrekang Cycle Community berkumpul depan Asrama Rumah Sakit Massenrempulu. Direktur RSU Massenrempulu dr. Siswandi juga sudah muncul. Dokter yang juga penikmat sepeda itu melepas Tim dan bersama-sama menggoes sepeda. dr. Siswandi yang Pembina ECC meng</span><span class="text_exposed_show" style="background-color: white; color: #333333; display: inline; font-family: 'lucida grande', tahoma, verdana, arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: left;">antar hingga Kilometer sepuluh di Poros Malauwe. Di hari pertama, Tim jelajah sepeda pada akan menyelesaikan Rute Enrekang-Baraka dengan Jarak tempuh sejauh 30an kilometer.<br /><br />Teman-teman ECC sudah melaju kencang, Saat keluar dari RSU. Saya bersama Sidik (Wartawan Fajar) keteteran dibelakang. Dan Fisik kami sudah harus diuji begitu lepas dari batas Kota. Tanjakan panjang sudah menghadang. Keringat bercucuran dan nafas ngos-ngosan.<br />" Gila, Jantung sudah tak beraturan detaknya," kata Sidik yang sudah ngos-ngosan padahal baru sekitar satu kilo rute kami jalanani.<br /><br />Kami menghabiskan waktu sekitar sejam lamanya untuk sampai di Kilometer sepuluh. Rupanya, sekitar pukul enam, teman-Teman ECC sudah menunggu lama disana. Untung ada Sandi yang bergabung dengan kami. Dengan motornya, ia kadang menarik saya dan sidik jika sudah tak sanggup melibas tanjakan.Sandi menjadi Tim Evakuasi dan merangkap perlengkapan.<br /><br /><span class="fullpost">Ide Jelajah sepeda Lima Kecamatan ini muncul begitu saja. Tidak ada persiapan matang sebelumnya. Awalnya kami hanya ingin menulis tentang Bungin. Tapi ide berkembang jauh, dan kami mengundang ECC yang berpengalaman dengan kegiatan sepedanya untuk ikut bergabung. Kegiatan berkeliling kecamatan dengan sepeda mungkin yang pertama dilakukan di Enrekang.<br /><br />ECC yang dihari pertama ini diwakili Irman Agam (Immang), Yunus Baharuddin (Yunus), Syaifullah Panama, Irwan Bone (Ibons) tak bisa kami kejar. Mereka sudah usai sholat Isya saat kami tiba di Kotu. Malauwe - Kotu dengan jarak lima kilometer kami tempuh<br /><br />Magrib pun berlalu di Malauwe. Tim sholat di Mesjid Masaleu setelah dijamu makan malam di Hajatan keluarga Kabag Humas Abdul Gani. Usai makan, Syaifullah Panama menyusul Tim di Malauwe. Dokter Siswandi Muncul lagi dengan motornya.<br />" Wah, baru sampai sini, perjalanan ke Baraka Masih panjang, bisa sampai tengah malam," kata dr. Siswandi.<br /><br />Tim kemudian melanjutkan perjalanan setelah lampu-lampu sepeda sudah dipasang. Sandi, tadinya menggantikan saya menggoes. Saya yang bawa motor. Sekitar lima ratus meter, sandi yang semangat sekali menggoes tiba-tiba berhenti.<br />" Saya tidak sanggup naik sepeda, sakit kekenyanganka ( Sakit perut karena terlalu kenyang)," kata Sandi. Saya kembali ambil kendali sepeda.<br /><br />Perjalan panjang Lima Kecamatan awalnya ide iseng belaka. Ide ini digelontorkan Sidik. Ada kenekatan sebenarnya menembusi Lima Kecamatan dengan sepeda. Saya bersama sidik tidak punya persiapan fisik sebelumnya. Idenya hanya ingin menulis cerita ringan tentang bungin dan kopi saja. Tapi ide berkembang dan kami mengundang ECC untuk beegabung dalam jelajah sepeda ini.<br /><br />Di Poros Lurah setelah Kotu, Teman-teman ECC lagi-lagi menunggu kami yang terus kedodoran menggoes. Jam sudah menunjukkan pukul depalan. Perjalanan Malam melibas poros Lurah menuju Cakke kembali dilanjutkan setelah kami cukup istirahat. " Masih ada satu tanjakan lagi sebelum dapat bonus," kata Immang, salah satu teman dari ECC. Bonus diistilahkan jalan menurun. Kalau sudah dapat bonus, kami teriak dan menikmati angin yang menampar wajah dengan dinginnya malam.<br /><br />Bonus masih menyongsong kami hingga pasar Cakke. Rute Cakke-Baraka sepanjang 10 Kilometer yang gelap kami tembusi dengan lampu sepeda yang nyalanya sekepal tangan. Fisik sudah terlalu capek. Jalan yang kami lalui sudah dibeton. Di Saruran masih ada sekitar 200 meter yang berlubang belum diperbaiki. Mungkin susah diperbaiki sebab tanah disana masih sering longsor. Namun akses jalan sepenuhnya sudah tak ada masalah bagi kami menuju Baraka.<br /><br />Disaruran, kecamatan Anggeraja masih ada beberapa warga yang membersihkan bawang merah di bawah rumah. Bawang merah yang saat ini harganya sekitar tujuh ribu masih menjadi tanaman primadona di Anggeraja dan Baraka. Petani bawang masih mengandalkan bibit dari Bima (NTB). " kalau bibit lokal hasilnya tidak terlalu bagus," kata Mama Immang, petani bawang. Selain bibit dari Bima, bibit bawang juga banyak berasal dari Surabaya dan magelang.<br /><br />Malam pun hampir larut saat kami tiba dirumah Deki Kabara yang juga masih keluarga dekat saya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh lebih. Perjalanan panjang Enrekang baraka saya tempuh lima jam lamanya bersama sidik. Sementara Immang, Ibons, Yunus, Om Iful dan Surya kurang dari itu. Saat kami sampai, mereka sudah menikmati hidangan dari yang punya rumah. Mereka cepat sekali sampainya. Mereka tak punya kendala berarti dalam perjalanan. Fisik oke ditunjang latihan bersepeda selama ini membuat mereka enjaoi saja dalam perjalanan. Setelah berbincang-bincang sebentar, Tim istirahat untuk kembali siap-siap menuju Bungin yang lebih menantang jalurnya.<br /><br />(Bersambung).....</span>
</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-55429237133994557182011-08-27T09:22:00.000-07:002011-08-27T09:44:46.916-07:00KENDENAN, PULU MANDOTI DAN KAMPUNG LANDA (1)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGS8rOMNMGTzueez-h3p6breJuy5pq1a5V0xi-65dnCzkOE3uuEKKv8V5vzF4myk9FDJTjr9QG5mvJ85Aw9QTLxNW8Mgdv1dZyHig0cY8n8DiBLgbs6l_9tR18vvwfLKk4erlTA-VV-Y0/s1600/IMG_7996.kendenan.JPG"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgGS8rOMNMGTzueez-h3p6breJuy5pq1a5V0xi-65dnCzkOE3uuEKKv8V5vzF4myk9FDJTjr9QG5mvJ85Aw9QTLxNW8Mgdv1dZyHig0cY8n8DiBLgbs6l_9tR18vvwfLKk4erlTA-VV-Y0/s320/IMG_7996.kendenan.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5645577124465373986" border="0" /></a> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSO_cFzLAkFGqWOWq1ADIAScX4tb43TzFrLQe3t_iwZoSw-fPwa80QXrNMk8T4yh-lH2rSoIKRhemvJs6DrisdhEfU-6LiyK7tcYepJfbWMcoFtQJA85xyLF6W5ZoI9xfvRBX9GyqfGz8/s1600/IMG_8005.kendenan.JPG"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 214px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSO_cFzLAkFGqWOWq1ADIAScX4tb43TzFrLQe3t_iwZoSw-fPwa80QXrNMk8T4yh-lH2rSoIKRhemvJs6DrisdhEfU-6LiyK7tcYepJfbWMcoFtQJA85xyLF6W5ZoI9xfvRBX9GyqfGz8/s320/IMG_8005.kendenan.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5645577127419287714" border="0" /></a>
<br />
<br />Fajar sudah hampir menyingsing saat kami menikmati pemandangan nan eksotik di Desa Salukanan dan Desa Kendenan. Badan yang capek menelusuri perjalanan dari Enrekang menuju Desa Kendenan yang jaraknya puluhan kilometer itu terobati dengan keindahan pemandangan sawah yang hijau dan kekuning-kuningan.
<br />
<br />Laporan : Naim Muhammad.
<br />
<br />" Terima Kasih sudah mengajak saya kesini," kata Amoy, Penggiat Teater Galeri Macca yang ikut bersama kami. Sebagai orang Enrekang, Amoi baru melihat pemandangan yang sangat ciamik dipandang mata. Tak henti-hentinya ia meminta untuk di Foto dengan latar belakang Sawah.
<br />
<br />Sawah yang menghijau itu adalah Sawah yang ditanami Padi Pulu (Ketan) Mandoti. Pulu Mandoti adalah Padi khas yang jika dimasak mengeluarkan aroma wangi. Saking wanginya, harumnya merambah ke tetangga hingga tiga rumah dari tempat kita masak. dan hanya di Desa Salukanan dan Desa Kendenan, Padi seperti ini bisa tumbuh.
<br />
<br />Kepala Desa Kendenan Bakri Puttung yang rumahnya kami tempati menginap mengatakan, Desa Salukan dan Desa Kendenan diberkahi sehingga hanya di Sinilah padi itu bisa tumbuh.
<br />
<br />" Pulu Mandoti adalah wangsit yang didapatkan dari Ilahi, karena hanya disinilah padi itu bisa tumbuh, dan Kami percaya itu, " kata Bakri.<span class="fullpost">
<br />
<br />Bakri menceritakan, Kendenan berarti persinggahan. Diambil dari asal kata Kende yang artinya singgah.
<br />
<br />" Menurut cerita orang dulu, disini ada batu yang dipercaya menjadi tempat persinggahan nenek moyang kami yang pertama," kata bakri.
<br />
<br />Bakri percaya, nenek moyang mereka itulah yang pertama membawa benih padi pulu mandoti. " Pulu mandoti ini sudah ada sejak dahulu kala," kata bakri.
<br />
<br />Aroma Pulu Mandoti, kata bakri, pernah membuat Presiden Kedua RI, Soeharto terkesima. Karena aromanya itu, Sejak tahun 1986, saat era soeharto, beras Pulu Mandoti selalu menjadi Sajian di Pesta Kenegaraan.
<br />
<br />Peritiwa yang membuat Soeharto kesemsem dengan Pulu Mandoti itu terjadi sekitar tahun 1986 saat salah satu anak soeharto menkah. Saat itu, ada warga yang bekerja di perusahaan anak soeharto yang membawa Pulu Mandoti. Saat disuguhkan, Soeharto mencium aroma ada aroma yang khas dalam sajian makanan. Ia menanyakan asal beras itu.
<br />
<br />Mengetahui, asal beras pulu mandoti itu dari Kendenan, Soeharto memberikan bantuan 20 Sak semen untuk memperbaiki irigasi di Desa Kendenan. " Sebagai imbalan sawah disini bisa teriri dengan dan beras bisa selalu hadir saat ada pesta di istana," kata Bakri.
<br />
<br />Kendenan, rupanya tidak hanya menyimpan cerita tentang Pulu Mandoti saja. Selain itu, di Kendenan tenyata ada perkampungan Landa, dimana di sana ada terbangun67 bangunan Landa. Yang menariknya, di Landa-Landa itu ada Padi yang tersimpan hingga Ratusan Tahun Lamanya.
<br />
<br />Landa adalah lumbung tempat penyimpanan beras. Umumnya Beras yang disimpan disana adalah beras Pulu Mandoti. Ada Juga Beras Lambau. Lambau ini semacam beras ketan namun warnanya putih. Beras ini biasa dicampur dengan Pulu Mandoti saat dimasak agar Mandoti saat dimakan tidak terlalu liat.
<br />
<br />" Walaupun tersimpan lama, beras itu tidak rusak, malah beras itu makanan yang sangat cocok bagi orang yang punya penyakit kolesterol,karena semakin tersimpan lama, kadar gula dalam beras itu semakin rendah " kata bakri.
<br /></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com9tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-1549456266504837262011-04-30T00:51:00.000-07:002011-04-30T00:53:11.222-07:00Nl WAYAN MERTAYANI AYAM DAN MIMPI JADI WARTAWATI<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoQA_B9J-iDMHlEB0H6HaIhICyHx9VAPEk8OKKXtK1Ta03dOzZPW7NF6eGTR1FgKiXoX9oWaxeyDryC76WMpZiA4TxUyEBBDcDqDZ7M41YAva9egKeYRakCbhBuqhaMlDFwM9YoLbvdh0/s1600/Foto-Menang-Ni-Wayan-Mertayani.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 206px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgoQA_B9J-iDMHlEB0H6HaIhICyHx9VAPEk8OKKXtK1Ta03dOzZPW7NF6eGTR1FgKiXoX9oWaxeyDryC76WMpZiA4TxUyEBBDcDqDZ7M41YAva9egKeYRakCbhBuqhaMlDFwM9YoLbvdh0/s320/Foto-Menang-Ni-Wayan-Mertayani.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5601281530172137378" /></a><br />Dengan langkah malu-malu, Ni Wayan Merta-yani, 14 tahun, menemui sejumlah wartawan di Radio Netherlands Training Centre di Hilversum, Belanda, Kamis pekan lalu. Dia hanya mengenakan jumper- jaket tipis bertutup kepala-berwarna abu-abu, kaus oblong, dan sepatu kets. Matanya langsung berbinar melihat para kuli tinta menyingkirkan udara dan angin dingin yang berembus kencang menggigit kulit. Maklum, Wayan amat terobsesi menjadi wartawati.<br /><br />Buku The Diary of Anne Frank, tentang Annelies Marie FVank alias Anne Frank, menginspirasinya untuk rae-matri cita-cita terse-but Dolly Amarhosoija, tuns asal Belanda. adalah orang yang memperkenalkan gadis asal Ban-iar Biasiantang, Desa Purwakerti. Kecamatan Abang. Karangasem, itu dengan sosok Anne yang menjadi korban Holocaust di Amsterdam, Belanda.<br /><span class="fullpost"><br />Tak cuma buku, Wayan juga meminjam kamera foto milik Dolly. Dia membuat 15 foto dengan kamera itu. Jepretan terakhirnya adalah sebuah potret pohon ubi karet denganda -han tanpa daun yang tumbuh di depan rumahnya. Seekor ayam bertengger di salah satu dahan, serta handuk berwarna merah jambu dan baju keseharian yang dijemur di bawahnya.<br /><br />Tak dinyana, foto sederhana itu memikat 12 fotografer kelas dunia dari World Press Photo yang menjadi juri lomba foto internasional 2009, yang digelar Yayasan Anne Frank di Belanda. Tema lomba yang yang diikuti 200 peserta itu adalah “Apa Harapan Ter-besarmu?” Wayan menjelaskan, ayam itu simbolisasi diri dan kehidupannya. “Ayam itu kalau panas kepanasan, hujan kehu-janan. Sama seperti saya,” ujarnya.<br /><br />Sulung dari dua bersaudara ini memang berasal dari keluarga miskin. Ibunya, I Nengah Kirem, 52 tahun, sudah bertahun menderita ginjal dan ha-rus bekerja serabutan. Ayah Wayan telah meninggal. Mereka tinggal di gubuk berdinding bilik bambu dengan satu kamar tidur.<br /><br />Untuk menopang kehidupan, tiap sore hingga gelap menyergap, pelajar kelas HI SMP Negeri 2 Abang, Karangasem, itu berjualan kue jajanan di Pantai Kadang. Jika dagangannya laku, dia bisa memperoleh pendapatan hingga Rp 50 ribu. Tapi lebih sering dia rugi karena banyak yang tidak bayar. “Atau kalau tak habis saya makan sendiri, jadi ya rugi,” ujar Wayan tersipu.<br /><br />Dia mengaku punya puluhan ayam dan bebek serta beberapa ekor kambing. Ayam-ayamnya pun dibiarkan berkeliaran tak dikandangkan. Terkadang Wayan harus menyabit rumput untuk memben makan kambingnya sebelum berjualan. Namun, di sela kehidupan keras yang dilaluinya, Wayan biasa meluangkan waktu dengan membaca di perpustakaan milik Marie Johana Fardan, tetangganya yang warga Belanda pemilik vila Sinar Cinta di Pantai Amed.<br /><br />“Sudah dua tahun dia menjadi langganan tetap perpustakaan. Dia menyukai buku Anne Frank itu,” ujar Marie, yang mengantar Wayan dan adiknya, Ni Nengah Jati, terbang ke Belanda.<br /><br />Negeri Kincir Angin menjadi tempat pertama Wayan mengenal dunia di luar Bah. Wayan mengaku .senang bisa menjejakkan kaki di Belanda, yang menurut dia bersih, ramai, meski cuacanya kurang bersahabat. “Senang tapi makanannya tidak enak, mentah-mentah. Lebih enak jajanan saya,” ujarnya disambut tawa hadirin.<br /><br />Dari Yayasan Anne Frank, Wayan menerima hadiah berupa kamera saku dan sebuah komputer jinjing dari Radio Netherlands Wereldomroep. Rencananya, jika Yayasan Anne Frank mengadakan acara di Bali, dia akan diundang untuk memamerkan foto-fotonya. Radio Netherlands juga menawarkan tempat untuk Wayan mengirim cerita pendek atau tulisan-tulisannya untuk disiarkan.<br /><br />Wayan berharap bisa menyelesaikan sekolah dan mewujudkan cita-citanya menjadi jumalis. Sepulangnya dari Belanda, ia mendapat kabar gembira berupa kelulusannya dari ujian nasional. “Saya ingin membahagiakan ibu saya,” ujarnya sendu. Matanya bulat menerawang. Dia sangat sadar kemiskinan mengancam kelanjutan pendidikannya. “Anne Frank lebih susah hidupnya. Jika dia tak mengeluh, saya juga seharusnya tidak,” ujarnya kemudian. <br /><br />Sumber: http://bataviase.co.id/node/213068<br /></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-20916611109929262712011-04-30T00:29:00.000-07:002011-04-30T00:51:07.419-07:00Ni Wayan Mertayani – Profil Anak Pemulung Berprestasi Dunia<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIMXUXPwDMF_0pwlhh3_aFhJI_AFSKhAl9NYidWI8V2z1iEtVpN1qYRyoPRTj_q4UfwH91RzncGr2CVPMrjDpwdTLAEdKzgR2d9KIJbl-bl8lXpozDxYGiCPv7ND7eJXMQjl2AEuZPhDU/s1600/Profil-Ni-Wayan-Mertayani.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 246px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjIMXUXPwDMF_0pwlhh3_aFhJI_AFSKhAl9NYidWI8V2z1iEtVpN1qYRyoPRTj_q4UfwH91RzncGr2CVPMrjDpwdTLAEdKzgR2d9KIJbl-bl8lXpozDxYGiCPv7ND7eJXMQjl2AEuZPhDU/s320/Profil-Ni-Wayan-Mertayani.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5601280886481466194" /></a><br />Mimpi. Setiap orang bisa melakukannya. Tapi hanya orang-orang yang berani mewujudkannyalah yang mampu meraih mimpinya itu. <br /><br />Sudah banyak cerita. Sudah banyak inspriasi. Sebutlah Andrea Hirata dengan Laskar Pelanginya, A. fuadi dengan Negeri 5 Menaranya. Dua orang yang tidak pernah bosan menekankan kalimat mimpi itu. " Beranilah bermimpi, dan beranilah mewujudkan mimpimu "<br /><br />Namun satu lagi, orang yang sangat inspiratif dan penuh semangat, yakni Ni Wayan Mertayani, seorang anak pemulung yang tak menyangka bisa meraih penghargaan pemenang lomba foto tingkat internasional di Belanda.<br /><br />Ini sedikit kisahnya. Berharap dengan ini, akan muncul juga kisah inspiratif dari negeri Massenrempulu. Kenapa Tidak ? Siapa berani Bermimpi ?<br /><br />ikuti kisah Ni Wayan...<br /><br />Ni Wayan Mertayani: Gadis Pemulung dari Bali, Menang Lomba Foto Internasional Museum Anne Frank<br /><br />Alur hidup Mertayani bisa dikatakan hampir mirip Anne Frank. Sama-sama hidup dalam tekanan, tapi penuh harapan dan cita-cita. Dan, ternyata Mertayani pun mengagumi Anne Frank setelah membaca bukunya yang sesungguhnya sebuah diary.<br /><br />Ada kemiripan hidup antara Mertayani dan Anne Frank. Sama-sama ditekan dalam sebuah kondisi yang begitu menyulitkan. Bedanya, Anne yang keturunan Yahudi besar di bawah tekanan tentara Nazi pada masa itu, sementara Mertayani besar di bawah tekanan ekonomi.<br /><span class="fullpost"><br />Kondisi ekonomi yang sangat sulit memaksa Mertayani harus dewasa di usianya yang masih 14 tahun. Sehari-harinya, Mertayani membantu ibunya berjualan asongan di pinggir pantai selain menjalani tugas belajar sebagai siswi di SMPN 2 Abang. Kadangkala, dia ikut mencari barang rongsokan di tepi pantai.<br /><br />Mertayani merupakan putri sulung almarhum I Nengah Sangkrib dan Ni Nengah Sirem. Sejak ayahnya meninggal, Mertayani tinggal bersama ibunya Ni Nengah Sirem dan adiknya Ni Made Jati. Sejak itu pula, tiga wanita ini berjuang untuk melanjutkan hidupnya dari hari ke hari dengan berjualan atau mencari barang rongsokan.<br /><br />Aktivitas ini sama sekali tak pernah terbersit dalam benak Mertayani untuk dilakoni. Namun ketabahan ibunya dalam menjalani itu semua membuat Mertayani cuek terhadap cibiran di sekelilingnya. Dan, siapa menyangka, dari aktivitas mengasong dan mencari barang rongsokan, Mertayani justru kenal dengan para wisatawan. Termasuk Mrs Dolly Amarhoseija yang meminjamkan kamera digital serta mengajarkan Mertayani cara membidikannya.<br /><br />Mertayani sendiri mengaku kagum dengan sosok Anne Frank. Sosok belia ini penuh dengan harapan dan cita-cita meski kenyataannya hidup dibawah tekanan. “Saya mulai mengaguminya (Anne Frank,Red) sejak membaca buku-bukunya,” kata Mertayani.<br /><br />Dari bacaan itu juga, Mertayani seperti mendapat sokongan semangat bahwa hidup itu memang harus dijalani. Suka duka harus diarungi tanpa harus menanggalkan cita-cita atau harapan. Soal cita-cita, Mertayani sendiri mengaku hendak menjadi wartawan.<br /><br />Apa yang dialami Mertayani itu ternyata tak berlebihan. Ibunya, Ni Nengah Sirem menuturkan bagaimana pedihnya membesarkan Mertayani dan adiknya, Ni Made Jati. Saat menerima kenyataan bahwa harus ditinggalkan suaminya, Ni Nengah Sirem harus berjuang seorang diri membesar dua putrinya.<br /><br />Pernah sekali waktu, saat dirinya mencari rongsokan, Sirem dikerjai. Ceritanya, saat itu dirinya sedang sibuk mencari barang rongsokan di tepi pantai. Kemudian, ada seseorang mengatakan bahwa ada tempat yang banyak terdapat barang rongsokannya. Mendengar itu, Sirem langsung bergegas ke tempat tersebut. Tak dinyana, sesampainya di sana bukannya barang rongsokan yang ditemuinya, melainkan bangkai anjing. “Saya cuma bisa bersabar saja,” kata Sirem saat mendampingi Mertayani.<br /><br />Meski hidup serbakekurangan, ada satu hal yang selalu diajarkan Sirem kepada dua orang puterinya yakni keikhlasan. Karena itulah rumah Mertayani kerap didatangi para wisatawan. Bahkan, sampai ada yang menginap dan Sirem harus menyediakan makanan dengan memotong beberapa ekor ayam peliharaannya.<br /><br />”Tempo hari ada tamu cewek-cewek dari Italia. Mereka menginap di sini. Mereka nggak keberatan tidur di atas bale. Karena tempat tidur yang kami punya memang hanya itu saja,” pungkas Sirem.<br /><br />Dengan prestasi yang diperoleh Mertayani, Sirem kini tambah semangat. Apa yang dia yakini dan lakukan selama ini ternyata tidak sia-sia. Dia pun berharap, anaknya itu bisa mewujudkan apa yang menjadi cita-citanya.<br /><br />Sumber: http://www.indonesiaberprestasi.web.id/?p=5411<br /></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-10673909735634312322011-01-13T08:26:00.000-08:002011-01-13T08:50:58.147-08:00SepedaSudah lama aku memimpikan punya sepeda. Setiap kali melihat orang pakai sepeda, setiap kali itu pula mimpi itu datang. Apalagi jika melihat profil salah satu wartawan idolaku, Wisnu Nugroho yang setia dengan sepeda lipatnya, rasa iri itu muncul. Selalu aku bilang sama teman, suatu saat pasti aku akan punya sepeda.<br /><br />Saat nonton KIck andy edisi : kami ada, kami beda, yang mengangkat komunitas yang berkembang di Jogja. Dalam edisi itu salah satu Komunitas yang dibahas adalah komunitas sepeda tinggi. <br /><br />Di Yogyakarta, komunitas “pit dhuwur” selalu mencuri perhatian dan menjadi pemandangan yang unik di jalan-jalan kota. Komunitas ini berawal dari kedatangan sekelompok sirkus bernama Cyclown Circus. Kelompok sirkus tersebut merupakan gabungan pemain sirkus dari beberapa negara, seperti: Italia, Brazil, Argentina, Amerika, dll. Cyclown Circus mengadakan pertunjukkan di Yogyakarta akhir 2006 lalu. Saat itu salah satu seniman sirkus asal Italia, Pierro - membarter sepeda tinggi hasil rakitannya dengan tattoo karya Dhomas Yudhistira a.k.a Kampret, seniman tattoo asal Yogyakarta. Pierro juga mengajarkan bagaimana membangun sepeda tersebut dengan ’mengawinkan’ dua kerangka sepeda yang tidak terpakai yang kemudian dirangkai dengan rongsokan besi. Kehadiran komunitas sepeda tinggi ini sekaligus juga memiliki semangat untuk meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan dengan memanfaatkan limbah atau rongsokan tersebut menjadi sesuatu yang bisa bermanfaat. <span class="fullpost"><br /><br />Seperti kena setrum, tiba-tiba ide untuk memiliki sepeda tak terbendung. Aku ingat, rongsokan sepeda di rumahku masih ada tersimpan di gudang. Setelah bongkar sana, bongkar sini, aku akhirnya dapat dua batang sepeda. Sepeda Tinggi pun akhirnya aku rancang.<br /><br />Ide buat sepeda pun diikuti dua teman lainnya, bedanya, jika aku buat sepeda tinggi, mereka malah merancang sepeda lowrider versi otak mereka. <br /><br />Sejak membuat sepeda itu, banyak kerjaan yang terbengkalai. Ide untuk segera merealisasikan wujud sepeda itu terlalu menggebu-gebu. Besi terus dikumpulkan, alat-alat tambahan pun dicari, dana sedikit demi sedikit mulai terkuras.<br /><br />Akhirnya setelah empat hari berkutat dengan besi dan las bersama Om "Papua" si tukang las, sepeda tinggi dan dua sepeda lowrider ala temanku pun jadi dan bisa jalan. Ya, akhirnya, mimpi untuk jalan keliling kota dengan sepeda sudah terwujud. <br /></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-2775677022002863582011-01-08T09:44:00.000-08:002011-01-08T09:52:58.420-08:00Enrekang Titik Nol Kilometer.Jika merujuk dengan kota-kota besar di Pulau jawa, atau kota besar lainnya, Titik Nol sebuah kota biasanya ditandai oleh sebuah nama yang biasanya di sebut alun-alun kota. Sebutlah misalnya, Alun-alun Kota Jogja dan Alun-Alun kota Bandung. Dan jika merujuk Kota Makassar, titik nol tertambat di Karebosi.<br /><br />Roda pembangunan atau roda ekonomi biasanya mulai tumbuh dan bergerak dari arah titik nol kilometer dari sebuah kota.<br /><br />Dimanakah titik Nol Enrekang ? Anda ada yang tahu ? Dapatkah Taman Bermain disebut sebagai tanda Titik Nol Enrekang ?<br /> <span class="fullpost"><br />Pusat pemerintahan pertama di Enrekang berada disekitar Taman Bermain. Tanah bangunan Bank BPD yang ada saat ini adalah lokasi Kantor Pemerintahan Belanda dan Pusat Pemerintahan pertama. <br /><br />Lokasi Taman Bermain saat ini dahulunya juga adalah Pasar pertama di Enrekang. Sisa-sisa kios masih ada yang berdiri walaupun ada yang sudah berubah jadi bangunan tinggi. sebelum taman bermain itu dibangun, disitu, lokasi itu adalah bekas cek point bagi mobil bus antar kabupaten khususnya Bus Toraja. <br /><br />Kantor Pusat pemerintahan akhirnya berpindah ke Buttu Juppandang kemudian berpindah ke jalan jendral Sudirman, atau di Enrekang disebut daerah Pinang. Sebelumnya, Pinang adalah daerah yang berhutan, kini disana sudah terbangun perumahan pertama yang terbangun di Enrekang. Kantor Bupati yang baru pun sudah berdiri disana yang difungsikan sejak 2009 lalu.<br /><br />Pusat perekonomian pun berpindah dari lokasi sekitar taman bermain ke Wilayah tengah kota Enrekang yang kemudian berpindah lagi berhadapan dengan Kantor camat Enrekang. <br /><br />Sungguh di Kota Enrekang saat ini bolehlah dikata pembangunan mulai menampakkan diri. Bangunan rumah tinggi yang bermunculan dengan tipe kekota-kotaan alias modern mulai terlihat. Entah siapa yang memulai, yang jelas bangunan rumah yang muncul itu tak jauhlah tipe-tipenya.<br /><br />Mini Market, Toko Grosiran kelas mini market, Lampu merah pun menjadi penanda Enrekang beranjak menjadi Kota. <br /><br />Dua Sekolah Kebidanan pun sudah berdiri. Begitupun Perguruan Tinggi Pertanian baru-baru ini sudah menerima mahasiswa angkatan pertama.<br /><br />Enrekang yang menopangkan hidupnya dari sisi pertanian saat ini terus berbenah menjadi Kota yang mampu mensejajarkan diri dengan kota-kota lainnya di Jazirah Sulsel.</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-6476603674691446412010-12-31T08:51:00.000-08:002010-12-31T09:07:35.093-08:00Harapan dan Doa MassenrempuluMalam sudah beranjak di bumi Massenrempulu. Dipenghujung tahun baru 2011, pesta kembang api di langit Maspul menyapa pergantian waktu, pergantian harapan. Masyarakat Maspul, seperti warga dunia ikut pula menikmati riuhnya pergantian malam tahun baru.<br /><br />Januari sudah datang. Januari yang ditandai oleh doa. Januari yang oleh banyak orang ditandai sebagai bulan untuk merenung dan melakukan harapan untuk berubah. Apapun itu, semua harapan ada di awal januari.<br /><span class="fullpost"><br /><br />Enrekang, Bumi Massenrempulu beranjak pula. Beranjak dari Daerah kecil yang kini mulai banyak dibicarakan di Jazirah Sulsel. Semoga, Bumi Maspul terus menanjak dan melahirkan generasi Massenrempulu yang dapat mencerahkan daerah dan bangsa.<br /></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-11508941698098164972010-12-18T08:17:00.000-08:002010-12-18T08:50:28.331-08:00Referensi Budaya Massenrempulu susah juga ya didapat..Saat dikantor, ada teman yang menelpon. Katanya ada mahasiswa yang ingin buat makalah tentang Fungsi dan Nilai-Nilai kebudayaan Massenrempulu. " Bisa tidak dibantu mencari referensinya," kata Teman saya.<br /><br />Dijaman yang serba Net-Net ini, mencari referensi bukan lagi hal yang sulit. Pikir saya, dengan bantuan OM GOOGLE semua masalah itu bisa saja teratasi. " Paling nanti pulang kantor baru saya bisa kerjakan," kata saya yang diokekan lagi oleh teman tadi.<br /><br />Rupanya, OM GOOGLE tidak banyak memberikan info yang banyak tentang itu. Budaya secara umum berseliweran memang. Tapi tentang Massenrempulu itu yang susahnya setengah-setengah. Seperti saya yang akhirnya mulai setengah-setengah mencari.<br /><span class="fullpost"><br />Cerita tentang Suku Bugis, Makassar dan Toraja sudah banyak dihasilkan para penggiat Sejarah dan Budaya. Saya juga tidak mengerti kok belum ada manusia pintar dan penulis yang mau menggali tentang Enrekang alias Massenrempulu. Mungkin karena selama ini, Enerkang selalu dimasukkan dalam Suku Bugis. Padahal, MAsyarakat Enrekang selalu tidak mau disebutkan sebagai orang Bugis. Seperti orang sunda aja ya yang tidak mau disebut orang jawa. Wajar juga sih karena banyak yang membedakan antara Bugis dan Massenrempulu atau Jawa dan Sunda.<br /><br />Pernah suatu waktu, kajian demi kajian tentang Massenrempulu dilakukan oleh Tokoh masyarakat, Mahasiswa, Budayawan, Politikus Enrekang untuk mengangkat Massenrempulu sebagai Etnis yang diakui di Sulawesi Selatan. Mantan Gubernur Sulsel Amin Syam kabarnya juga pernah mendukung upaya itu. Bahkan Amin Syam diberikan gelar sebagai Warga Kehormatan oleh masyarakat enrekang tepatnya oleh warga yang bermukim di Desa Pasang.<br /><br />Suatu waktu saya pernah bilang sama teman-teman. Persoalan ini akan menjadi menarik dan terangkat jika ada Putra Maspul yang menekuni Sejarah dan memiliki Idialisme dan mau mengangkat, Menggali dan mempublikasikan Massenrempulu lewat Buku. Atau Jika ada tokoh Budaya yang tinggal di Enrekang ini dan mau berjibaku dengan Dirinya untuk menggali Massenrempulu hingga titik darah penghabisan. Namanya juga Harap-Harap saja...boleh donk. Salam.<br /></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-14290013376750288282010-10-28T19:39:00.000-07:002010-10-28T19:44:26.423-07:00Foto Pilihan Editor NG<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCuKGY35yU8W2Qvl6DxF6tddkv9Qz0aU21b0pzW4O3RdkmG95uvGKNIzAvFunpTo-HnpA8PHr7xccDBTn5nTcJAHH8vDHs4QVZlsAsJ_D9hy59GRhajfzIypBuLWEk1uBXOsG7xw-YHpg/s1600/GMBlog.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 400px; height: 143px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhCuKGY35yU8W2Qvl6DxF6tddkv9Qz0aU21b0pzW4O3RdkmG95uvGKNIzAvFunpTo-HnpA8PHr7xccDBTn5nTcJAHH8vDHs4QVZlsAsJ_D9hy59GRhajfzIypBuLWEk1uBXOsG7xw-YHpg/s400/GMBlog.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5533293337170774802" /></a>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-85496323936515960162010-10-28T18:34:00.000-07:002010-10-28T19:37:26.269-07:00Lewat Foto Untuk Berkarya.Acara Pesta Adat yang biasanya digelar untuk mengungkapan kesyukuran atas Limpahan hasil bumi yang diberikan Sang Pencipta dibeberapa tempat di Enrekang masih di gelar. Terakhir, Acara Pesta Adat di gelar Desa Limbuang, Kecamatan Maiwa.<br /><br />Beberapa Desa yang juga biasa mengadakan acara Pesta Adat yakni Pasang, Matakali, Banua, dan Kaluppini. Biasanya pesta adat digelar tiap tahunnya. Khusus di Kaluppini, pesta adat digelar setiap delapan tahun sekali.<br /><br />Ritual yang dilakukan dalam pesta adat itupun hampir sama dengan yang dilakukan dalam pesta adat yang dilakukan suku-suku bugis pada umumnya. Biasanya juga dalam pesta adat itu ada prosesi penyucian benda-benda pusaka.<span class="fullpost"><br /><br />Pemerintah Kabupaten Enrekang, khususnya, selalu berusaha memberikan apresiasi dan tetap mendukung upaya-upaya pelestarian budaya seperti itu. <br /><br />Upaya mendukung pelestarian budaya itu juga dilakukan teman-teman yang tergabung dalam Komunitas Photography Massenrempulu (Kopy Maspul) lewat foto. Foto hasil jepretan selain jadi Dokumentasi, juga banyak diupload ke situs-situs foto yang fotografi dan Facebook.<br /><br />Kopy Maspul yang umurnya baru seumur jagung ini terus berupaya berkarya. Mudah-mudahan lewat foto banyak hal positif yang bisa dilakukan. Bravo !!!!!</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-16530288593700444002010-10-19T17:10:00.000-07:002010-10-29T02:12:57.652-07:00Pesta Adat Limbuang (2)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDJxciQudZBBrrMRqiFQ_r558Ern4NU_UBO9KQpBxosGjJdwQqe9Q8nSleHmUJgtA0tbnyytD6ADn5-A8bv-MEzQyr2akjVDh6PQ6QzOyShNwxjOzWugV-9gWjcOqAI0ET_Vzk8w_k8Io/s1600/11.JPG"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 134px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiDJxciQudZBBrrMRqiFQ_r558Ern4NU_UBO9KQpBxosGjJdwQqe9Q8nSleHmUJgtA0tbnyytD6ADn5-A8bv-MEzQyr2akjVDh6PQ6QzOyShNwxjOzWugV-9gWjcOqAI0ET_Vzk8w_k8Io/s200/11.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529914575012735682" /></a><br />Dingin masih menyelimuti Desa Limbuang, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang. Satu persatu warga yang membawa ayam Ceppaga mulai berdatangan. Para Tokoh Adat pun sudah ditempatnya melafalkan doa.<br /><br />Laporan : Naim Muhammad.<br /><br />Tombak yang telah diarak ke Buttu (Gunung) Limbuang sejak hari pertama Pesta digelar yang disimpan di Balai Pertemuan sudah ditancapkan ke Tanah. Delapan Tokoh Adat Limbuang mulai berdoa dan satu persatu menyucikannya dengan air Nira dan Air kelapa.<br /><br />Air Nira menjadi perlambang untuk kesuburan tanaman. Air kepala melambangkan air minum untuk para walli. Diantara sesajen yang disediakan itu juga tampak Telur dan Darah Ayam yang telah dipotong. <br /><br />" Sesajen yang ada didekat tombak itu hanya sebagai perlambang saja," kata Ambo Dia, salah satu tokoh adat yang dituakan di Desa Limbuang.<br /><span class="fullpost"><br />Usai menancapkan Tombak, Para Ketua Adat itu berbagi tugas. Ada yang bertugas untuk membacakan doa bagi Ayam sebelum dipotong dan ada yang bertugas memotong ayam. Ayam-ayam yang sebagian besar ayam ceppaga itu dibawa warga Limbuang. Ada juga yang datang dari luar desa Limbuang. Bahkan, salah satu warga Limbuang yang lama menetap di Amerika, Irma, datang bersama suaminya yang warga Amerika.<br /><br />Usai acara potong ayam, kemudian dilanjutkan untuk memotong Kerbau. Dalam prosesi itu, seratus ayam dan satu ekor kerbau dipotong. <br /><br />Ada yang unik pada saat pemotongan kerbau. Kerbau tidak dipotong menghadap kiblat seperti jika ingin memotong hewan, tapi menghadap metahari terbit.Bagi Tokoh Adat di Desa Limbuang, hal seperti itu sudah menjadi ketentuan To Manurung.<br /><br />" Ini bukanlah hal yang harus dipertengkarkan secara agama, sebab adat sudah memerintahkan seperti itu," kata Ambo Dia.<br /><br />Salah satu Tokoh Adat La Idda mengatakan, dalam pesan adat, momotong kerbau menghadap matahari terbit memberikan pesan bahwa segala kehidupan pertama kali dimulai setelah matahari terbit.<br /><br />" Bahkan, itu perlambang Nabi Adam sebagai manusia pertama yang turun ke Bumi," kata La Idda.<br /><br />Setelah kerbau dipotong, Penari, Tokoh Adat dan Dayang-dayang menuju tempat Mapadendang dan mulai memukul Alu. Mapadendang selalu disimbolkan sebagai kegembiraan setelah merayakan Panen dan kesyukuran atas suburnya tanah yang diberikan. Usai Mapadendang, Acara berlanjut ke Ayun-Ayunan yang dibuat tinggi. <br /><br />Para Tokoh Adat, setelah prosesi Mapadendang dan Acara Ayunan Digelar, kembali berkumpul mengitari Tombak dan Benda Pusaka Lainnnya. Ambo Dia yang memimpin Adat mulai membuka tali yang mengikat Tombak. Dayang-dayang sudah berjejeran. Sore yang sudah menjelang mengantar Tombak dan Benda Pusaka Lainnnya diantar kembali ke Rumah Ambo Dia yang selama ini dipercayakan untuk menyimpan benda pusaka itu. <br /><br />Pesta Adat yang digelar selama dua Hari, Kamis dan Jumat itu akan diperingati lagi tahun Depan. Menjaga kearifan Budaya dan menghargai Alam adalah pesan yang selalu dijaga oleh para Tokoh Adat. Semoga Modernitas tidak menggeser makna Adat yang ada selama ini.</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-17820346019302706522010-10-19T17:03:00.001-07:002010-10-19T17:25:46.807-07:00Pesta Adat Desa LImbuang.<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkqok_CcPIpiikPc6BUAlmUc0Ct_VYKqHe-EoPnOnhT9LcsBCEpkfvafO9BLLklGiM_LlfLmOQj7NjdFAQjsQC3YtdH7yhonv-Lj2FD0l2SMKhKGF_dzpwpCr79Fu8MGGFTtM1U1ycKVY/s1600/8.JPG"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 134px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgkqok_CcPIpiikPc6BUAlmUc0Ct_VYKqHe-EoPnOnhT9LcsBCEpkfvafO9BLLklGiM_LlfLmOQj7NjdFAQjsQC3YtdH7yhonv-Lj2FD0l2SMKhKGF_dzpwpCr79Fu8MGGFTtM1U1ycKVY/s200/8.JPG" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5529912965952771218" /></a><br />Malam belum menampakkan bintangnya. Bunyi Alu (Mappadendang) yang dimainkan warga terus bertalu-talu. Di Balai Pertemuan dekat mesjid, para tokoh adat mulai melapaskan doa. Bau dupa menyeruak. <br /><br />Laporan : NAim Muhammad.<br /><br />Warga mulai menyemut memasuki balai pertemuan, tempat acara inti Pesta Adat dilangsungkan, Kamis malam pekan lalu. Ambo Dia, Tokoh pemuka adat yang di hormati di Desa Limbuang mulai mengatur para penari Pa'jaga yang semuanya laki-laki untuk bersiap-siap. Sebentar lagi, prosesi kedua pesta adat dimulai. <br /><br />Gendang mulai bertalu dimainkan Empat lelaki penabuh gendang. Para pengawal, masuk. Dengan 5 sumbu api ditangan, Ambo Dia masuk, pelan langkahnya. Sumbu api lalu dimasukkan ketempatnya. Setelah mengitarinya. Ambo Dia menarik parangnya, dan mulai mendendangkan Sajo' (Pesan-pesan leluhur). Dalam Sajo'nya, Ambo Dia, antara lain mengatakan adat mengajarkan kita untuk terus saling tolong menolong, bantu membantu dan nasehat-menasehati.<br /><span class="fullpost"><br />" Adat juga dari dulu mengajarkan kita kearifan untuk terus menjaga alam agar hasil bumi kita terus meningkat," kata Ambo Dia, yang saat melafalkan Sajo' berbahasa Enrekang-Maiwa. Setelah sajo' dilafalkan, delapan penari yang semuanya lelaki masuk dan mulai menari Pa'jaga.<br /><br />Tari Pa'jaga sebagai prosesi kedua yang dilakukan memaksudkan untuk menjaga Tombak dan Simbol baju Tomanurung (Pendahulu Limbuang) yang sudah disucikan setelah diarak ke Buttu (Gunung) Limbuang tempat yang diyakini warga desa limbuang sebagai tempat awalnya tomanurung muncul.<br /><br />" To Manurung diberi gelar La Ceppaga," kata Ketua Adat Limbuang La Idda, yang ditemui usai prosesi acara tari Pa'jaga dilangsungkan.<br /><br />Menurut cerita, Tomanurung pertama kali muncul dipucuk Pohon Pisang yang batang, daun dan buahnya berwarna putih ( Putti Pete). Setelah melahirkan 3 anak yakni Makkapi-api, Makkawara, dan Takke Buku, Tomanurung yang seorang perempuan itu, akhirnya menghilang dan meninggalkan bajunya.<br /><br />" Dalam pesta adat ini, prosesi penyucian baju Tomanurung terus dilakukan untuk mengingat beliau," kata La Idda.<br /><br />Prosesi inti yang keduapun usai. Para Tokoh adat meninggalkan Balai Pertemuan. Bau dupa sudah membumbung tinggi ke Angkasa bersama pesan dan doa warga limbuang ke Tomanurung. Prosesi inti ketiga dalam pesta adat yang dilangsungkan tiap tahunnya itu akan dimulai kembali jumat esok hari.<br /></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-64751179739132382332010-09-24T17:21:00.000-07:002010-09-24T17:39:37.848-07:00Menanti Yang Baru.....Hari-hari belakangan ini sepertinya saya selalu merasa ada yang kurang. Tidak puas. Dan banyak membuang sesuatu yang tak semstinya dibuang.<br /><br />Saya kekurangan apa ya ?Entah. Saya pun susah menguraikannya dengan pasti.<br /><br />Saya ingat dulu, saat baru tiba sekembali dari sekolah (yang ditempuh 10 tahun lamanya, hehehehehe) saya membawa banyak buku dan membuka Galeri Macca yang menyediakan bacaan bagi warga disekitar rumah saya. Berjalan cuma setahun. Buku banyak yang hilang, dan sisanya kini masuk di Kardus besar.<br /><span class="fullpost"><br /><br />Setalah itu, aku berkelana menjadi wartawan Pedoman Rakyat. Juga bertahan hanya setahun. Kemudian bergabung bersama PAREPOS. Saat menjadi wartawan, aku menikmati dunia tulis menulis dan memotret. Dua hal yang juga saya tekuni di Organisasi Intra saat masih kuliah.<br /><br />Menjadi wartawan ? Hm...sesuatu yang tidak pernah kubayangakan. Sama seperti membayangkan menjadi PNS yang ternyata sudah saya jalani hampir dua tahun lamanya. <br /><br />Ya...menjadi Abdi Negara. Menjadi Aparatur yang siap membarikan pelayanan kepada Masyarakat. Begitu Jargonnya. <br /><br />Saya diangkat menjadi PNS dan ditempatkan di Kantor Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan dan kemudian dipindahkan di Bagian Humas Sekda Enrekang.<br /><br />Hari-hari saya berjalan bersama teman-teman di Humas, Memotret dan meliput berbagai kegiatan Bupati dan Pejabat lainnya. Meliput dan Memotret, atawa lebih tepatnya mendokumentasikan seluruh kegiatan Bupati dan Pejabat Enrekang.<br /><br />Rutinitas yang berjalan lurus dan terus menerus akan membuat orang jenuh. Mungkin perlu refresing. " Atau keluar sebentar dari lingkaran dan melihat kedalam" seperti itu petuah yang pernah saya dapat untuk melatih diri berpikir kreatif.<br /><br />Apakh itu yang membuat hari-hariku kini merasa selalu kurang ? Entah</span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-79149882043100409702010-06-06T22:33:00.000-07:002010-06-06T22:40:39.230-07:00Suporter Laskar Dangke<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFArOdIQ3dcSGAGV7PegAf52cgQFlTjNkdZGon-YG2yVGEvRy-hKaGTVwR1hKC3VWyxhxDCClajaNy0-u-uwFy6Z83oKs9uUaorQZb53A2OKHcVLq1oMO9EIN7zS3mnxqUKuzxvIB_T70/s1600/suporter+(8).jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 134px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFArOdIQ3dcSGAGV7PegAf52cgQFlTjNkdZGon-YG2yVGEvRy-hKaGTVwR1hKC3VWyxhxDCClajaNy0-u-uwFy6Z83oKs9uUaorQZb53A2OKHcVLq1oMO9EIN7zS3mnxqUKuzxvIB_T70/s200/suporter+(8).jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5479901013986461058" /></a><br /><br />Laskar Dangke akan menjadi pemain ketigabelas dan mengawal Gasma menjadi yang terbaik di Habibie Cup XIX.<span class="fullpost"></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-55558820777935315382010-06-05T07:12:00.000-07:002010-06-05T07:18:12.265-07:00Meriahnya Enrekang Karena Habibie CupHabibie Cup XIX yang dihelat pertamakalinya di Enrekang, Bumi Massenrepulu (selama ini hanya di Parepare) membuat kota yang sudah ada lampu merahnya ini kelihatan ramai. Ramai oleh masuknya tim-tim yang akan bertanding. Belum lagi para suporternya.<br /><br />Ya....<span class="fullpost"></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3346170894633471400.post-62451050063271541362010-05-16T04:19:00.000-07:002010-10-29T02:15:47.694-07:00Proses pembuatan Dangke.(2)<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdm9hYN26hysMTTB4uNCmrhcAY7a1Mj9MogOOpTcHIHOQVMm4JSrl7y0L6cgK-Ax4W4iiGH5pGMUKUSZB-3krjyIlBx6vLCLjpo-d-fvGfJX8iCgm6o2Jyq4f8p0QyQR2F-qlvOkwlnow/s1600/6.+Proses+Dangke+(7).jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 133px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhdm9hYN26hysMTTB4uNCmrhcAY7a1Mj9MogOOpTcHIHOQVMm4JSrl7y0L6cgK-Ax4W4iiGH5pGMUKUSZB-3krjyIlBx6vLCLjpo-d-fvGfJX8iCgm6o2Jyq4f8p0QyQR2F-qlvOkwlnow/s200/6.+Proses+Dangke+(7).jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5471826598359097538" /></a> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5xUoECyIhGCpRtk9oRXmBhtry_4qRV536w9UexN8FL3Bm_RBzmSXVKwB6llaP0lm7jcN0hbd4mHZIqqDVmIK0aumq9esnjplS39mi2BREz21O_nHdzMBy3d8-u32yFXK3M_AZyOrl4kU/s1600/7.+Proses+Dangke+(8).jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 200px; height: 133px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj5xUoECyIhGCpRtk9oRXmBhtry_4qRV536w9UexN8FL3Bm_RBzmSXVKwB6llaP0lm7jcN0hbd4mHZIqqDVmIK0aumq9esnjplS39mi2BREz21O_nHdzMBy3d8-u32yFXK3M_AZyOrl4kU/s200/7.+Proses+Dangke+(8).jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5471826592405923010" /></a> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQAACq99pTJ9ol7LulPTyLy7H3ZdaZgreyZ6Z-ZndtDXjvgaenMr_mVAU_aY-qN7kD7e-0FpLkjaaYZArFevH5XB2QJn7n01dVNPrMHDz4NtivkOiEoEfNbvUCFR4eCexMmqOQ-fi7jrk/s1600/8+Proses+Dangke+(10).jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 133px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiQAACq99pTJ9ol7LulPTyLy7H3ZdaZgreyZ6Z-ZndtDXjvgaenMr_mVAU_aY-qN7kD7e-0FpLkjaaYZArFevH5XB2QJn7n01dVNPrMHDz4NtivkOiEoEfNbvUCFR4eCexMmqOQ-fi7jrk/s200/8+Proses+Dangke+(10).jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5471826583606182226" /></a> <a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYpQ8LpNOZAF0FUNHWc3nthN160939p90osllV9qHkREIG5dr7EsVgWxTcwjjidwc67cxPqXXjdh95kpiXOgyOjPTP_8P66AfDg9Ga8EJRTJ2-MGT3DcgRvl-Lo7SsYq9QL0wqAyc3C4U/s1600/9.+Proses+Dangke+(11).jpg"><img style="cursor:pointer; cursor:hand;width: 133px; height: 200px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjYpQ8LpNOZAF0FUNHWc3nthN160939p90osllV9qHkREIG5dr7EsVgWxTcwjjidwc67cxPqXXjdh95kpiXOgyOjPTP_8P66AfDg9Ga8EJRTJ2-MGT3DcgRvl-Lo7SsYq9QL0wqAyc3C4U/s200/9.+Proses+Dangke+(11).jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5471826580151934850" /></a><br />Dangke adalah makanan Khas Daerah Enrekang yang terbuat dari susu sapi atau susu kerbau yang dipadatkan. Bentuknya bulat loncong dan dibungkus daun pisang. <br /><br />Proses pembuatan Dangke (2)<br />Gumpalan-gumpalan susu kemuadian dimasukkan kecetakan yang terbuat dari Batok kelapa yang kecil. Dangke kemudian dibungkus daun pisang. Dangke siap untuk di jual dan dicicipi.<br /><span class="fullpost"></span>naim muhammadhttp://www.blogger.com/profile/01013772618508089214noreply@blogger.com0