Kamis, 28 Oktober 2010

Foto Pilihan Editor NG

Selengkapnya...

Lewat Foto Untuk Berkarya.

Acara Pesta Adat yang biasanya digelar untuk mengungkapan kesyukuran atas Limpahan hasil bumi yang diberikan Sang Pencipta dibeberapa tempat di Enrekang masih di gelar. Terakhir, Acara Pesta Adat di gelar Desa Limbuang, Kecamatan Maiwa.

Beberapa Desa yang juga biasa mengadakan acara Pesta Adat yakni Pasang, Matakali, Banua, dan Kaluppini. Biasanya pesta adat digelar tiap tahunnya. Khusus di Kaluppini, pesta adat digelar setiap delapan tahun sekali.

Ritual yang dilakukan dalam pesta adat itupun hampir sama dengan yang dilakukan dalam pesta adat yang dilakukan suku-suku bugis pada umumnya. Biasanya juga dalam pesta adat itu ada prosesi penyucian benda-benda pusaka.

Pemerintah Kabupaten Enrekang, khususnya, selalu berusaha memberikan apresiasi dan tetap mendukung upaya-upaya pelestarian budaya seperti itu.

Upaya mendukung pelestarian budaya itu juga dilakukan teman-teman yang tergabung dalam Komunitas Photography Massenrempulu (Kopy Maspul) lewat foto. Foto hasil jepretan selain jadi Dokumentasi, juga banyak diupload ke situs-situs foto yang fotografi dan Facebook.

Kopy Maspul yang umurnya baru seumur jagung ini terus berupaya berkarya. Mudah-mudahan lewat foto banyak hal positif yang bisa dilakukan. Bravo !!!!!
Selengkapnya...

Selasa, 19 Oktober 2010

Pesta Adat Limbuang (2)


Dingin masih menyelimuti Desa Limbuang, Kecamatan Maiwa, Kabupaten Enrekang. Satu persatu warga yang membawa ayam Ceppaga mulai berdatangan. Para Tokoh Adat pun sudah ditempatnya melafalkan doa.

Laporan : Naim Muhammad.

Tombak yang telah diarak ke Buttu (Gunung) Limbuang sejak hari pertama Pesta digelar yang disimpan di Balai Pertemuan sudah ditancapkan ke Tanah. Delapan Tokoh Adat Limbuang mulai berdoa dan satu persatu menyucikannya dengan air Nira dan Air kelapa.

Air Nira menjadi perlambang untuk kesuburan tanaman. Air kepala melambangkan air minum untuk para walli. Diantara sesajen yang disediakan itu juga tampak Telur dan Darah Ayam yang telah dipotong.

" Sesajen yang ada didekat tombak itu hanya sebagai perlambang saja," kata Ambo Dia, salah satu tokoh adat yang dituakan di Desa Limbuang.

Usai menancapkan Tombak, Para Ketua Adat itu berbagi tugas. Ada yang bertugas untuk membacakan doa bagi Ayam sebelum dipotong dan ada yang bertugas memotong ayam. Ayam-ayam yang sebagian besar ayam ceppaga itu dibawa warga Limbuang. Ada juga yang datang dari luar desa Limbuang. Bahkan, salah satu warga Limbuang yang lama menetap di Amerika, Irma, datang bersama suaminya yang warga Amerika.

Usai acara potong ayam, kemudian dilanjutkan untuk memotong Kerbau. Dalam prosesi itu, seratus ayam dan satu ekor kerbau dipotong.

Ada yang unik pada saat pemotongan kerbau. Kerbau tidak dipotong menghadap kiblat seperti jika ingin memotong hewan, tapi menghadap metahari terbit.Bagi Tokoh Adat di Desa Limbuang, hal seperti itu sudah menjadi ketentuan To Manurung.

" Ini bukanlah hal yang harus dipertengkarkan secara agama, sebab adat sudah memerintahkan seperti itu," kata Ambo Dia.

Salah satu Tokoh Adat La Idda mengatakan, dalam pesan adat, momotong kerbau menghadap matahari terbit memberikan pesan bahwa segala kehidupan pertama kali dimulai setelah matahari terbit.

" Bahkan, itu perlambang Nabi Adam sebagai manusia pertama yang turun ke Bumi," kata La Idda.

Setelah kerbau dipotong, Penari, Tokoh Adat dan Dayang-dayang menuju tempat Mapadendang dan mulai memukul Alu. Mapadendang selalu disimbolkan sebagai kegembiraan setelah merayakan Panen dan kesyukuran atas suburnya tanah yang diberikan. Usai Mapadendang, Acara berlanjut ke Ayun-Ayunan yang dibuat tinggi.

Para Tokoh Adat, setelah prosesi Mapadendang dan Acara Ayunan Digelar, kembali berkumpul mengitari Tombak dan Benda Pusaka Lainnnya. Ambo Dia yang memimpin Adat mulai membuka tali yang mengikat Tombak. Dayang-dayang sudah berjejeran. Sore yang sudah menjelang mengantar Tombak dan Benda Pusaka Lainnnya diantar kembali ke Rumah Ambo Dia yang selama ini dipercayakan untuk menyimpan benda pusaka itu.

Pesta Adat yang digelar selama dua Hari, Kamis dan Jumat itu akan diperingati lagi tahun Depan. Menjaga kearifan Budaya dan menghargai Alam adalah pesan yang selalu dijaga oleh para Tokoh Adat. Semoga Modernitas tidak menggeser makna Adat yang ada selama ini.
Selengkapnya...

Pesta Adat Desa LImbuang.


Malam belum menampakkan bintangnya. Bunyi Alu (Mappadendang) yang dimainkan warga terus bertalu-talu. Di Balai Pertemuan dekat mesjid, para tokoh adat mulai melapaskan doa. Bau dupa menyeruak.

Laporan : NAim Muhammad.

Warga mulai menyemut memasuki balai pertemuan, tempat acara inti Pesta Adat dilangsungkan, Kamis malam pekan lalu. Ambo Dia, Tokoh pemuka adat yang di hormati di Desa Limbuang mulai mengatur para penari Pa'jaga yang semuanya laki-laki untuk bersiap-siap. Sebentar lagi, prosesi kedua pesta adat dimulai.

Gendang mulai bertalu dimainkan Empat lelaki penabuh gendang. Para pengawal, masuk. Dengan 5 sumbu api ditangan, Ambo Dia masuk, pelan langkahnya. Sumbu api lalu dimasukkan ketempatnya. Setelah mengitarinya. Ambo Dia menarik parangnya, dan mulai mendendangkan Sajo' (Pesan-pesan leluhur). Dalam Sajo'nya, Ambo Dia, antara lain mengatakan adat mengajarkan kita untuk terus saling tolong menolong, bantu membantu dan nasehat-menasehati.

" Adat juga dari dulu mengajarkan kita kearifan untuk terus menjaga alam agar hasil bumi kita terus meningkat," kata Ambo Dia, yang saat melafalkan Sajo' berbahasa Enrekang-Maiwa. Setelah sajo' dilafalkan, delapan penari yang semuanya lelaki masuk dan mulai menari Pa'jaga.

Tari Pa'jaga sebagai prosesi kedua yang dilakukan memaksudkan untuk menjaga Tombak dan Simbol baju Tomanurung (Pendahulu Limbuang) yang sudah disucikan setelah diarak ke Buttu (Gunung) Limbuang tempat yang diyakini warga desa limbuang sebagai tempat awalnya tomanurung muncul.

" To Manurung diberi gelar La Ceppaga," kata Ketua Adat Limbuang La Idda, yang ditemui usai prosesi acara tari Pa'jaga dilangsungkan.

Menurut cerita, Tomanurung pertama kali muncul dipucuk Pohon Pisang yang batang, daun dan buahnya berwarna putih ( Putti Pete). Setelah melahirkan 3 anak yakni Makkapi-api, Makkawara, dan Takke Buku, Tomanurung yang seorang perempuan itu, akhirnya menghilang dan meninggalkan bajunya.

" Dalam pesta adat ini, prosesi penyucian baju Tomanurung terus dilakukan untuk mengingat beliau," kata La Idda.

Prosesi inti yang keduapun usai. Para Tokoh adat meninggalkan Balai Pertemuan. Bau dupa sudah membumbung tinggi ke Angkasa bersama pesan dan doa warga limbuang ke Tomanurung. Prosesi inti ketiga dalam pesta adat yang dilangsungkan tiap tahunnya itu akan dimulai kembali jumat esok hari.
Selengkapnya...