Rabu, 10 Juni 2009

Baju Korpri

Baju korpri pagi tadi yang kupakai belum menyatu betul dengan diriku. Aku masih selalu kikuk dibuatnya apalagi dipadu dengan sepatu kulit. Selama ini, aku kebanyakan pakai kaos dan jeans jika sedang bertugas sebagai wartawan dipadu dengan sepatu kats. Keseharian dengan tampil ala kadarnya itu memberi rasa percaya diri yang kuat untukku.

Tapi hari-hari esok baju kerjaku mulai berganti menjadi Coklat setelah SK Penempatan kerja sebagai CPNS di Dinas Kuperindag kuterima, Kamis (11/06). Walaupun sudah CPNS aku masih tetap memiliki jiwa kewartawanan. Dunia penulisan tidak bisa untuk ditinggalkan. Aku bermimpin suatu saat nanti aku harus mampu menulis buku.

Hanya yang berbeda kini, kebiasaan saat saat menjadi wartawan sudah harus disesuaikan dengan kebiasaan CPNS yang bangun pagi, Apel dan Uapacara Bendera. Saat menjadi wartawan dulu, waktu ditentulan sendiri oleh kita, kecuali Deadline.

Saya hanya berharap, dimanapun berada, tetap selalu ada yang terbaik yang dilakukan, menjadi Wartawan ataupun sekarang CPNS.
Selengkapnya...

Adikku Masih Sakit

Pagi-pagi aku sudah harus ke Rumah Sakit menggantikan Ibu menjaga adikku yang terbaring diruangan Latimojong 2 RSU Massenrempulu. Sudah enam hari dia dirawat disana. Kondisinya masih sama sebelum ia masuk. Badannya sudah semakin kurus, batuknya juga masih berlendir. Semalam malah sempat muntah. Katanya ia Bronhitis.

Saat awal-awal, ia sama sekali tidak mau di Infus. Katanya tangannya sakit. Tiap malam Ibu dan Bapak dengan sabar menemaninya disana. Aku juga selalu menyempatkan diri untuk melihatnya. Para sahabatnya juga sudah berdatangan menengok. Semua kaget melihat badannya yang sangat kurus itu.

Selain berobat di RS, ia juga dibantu dengan pengobatan tradisional. Kemarin, ia diurut dengan bawang merah dan disuruh mengunyah kunyit. Katanya untuk mencairkan lendirnya.

Disekujur badannya juga banyak bintik-bintik bekas gatal-gatal. Katanya ia terkena cacar sebelumnya tapi tidak dirawat sehingga bintiknya itu bekas bintiknya itu tidak keluar. Gatal-gatalnya melebar juga ke mukanya.

Sakit brinhitisnya semakin kambuh sejak ia nekat ke Makassar naik motor padahal sakitnya belum sembuh benar. Sebelumnya terjadi inseden antara ia dan adikku yang satu lagi. Dengan emosional dan tangis ia katakan akan ke Makassar. Saat itu Bapak hanya bisa mengiba. Ibu sedih bukan main walaupun ia tidak tampakkan di depan kami.

Adikku yang satu ini memang selalu nekat. Semoga saja ia bisa kembali sembuh dan melanjutkan kuliahnya yang tinggal beberapa tahun lagi ini. Doa teman-temannya juga selalu mengiringi. Kami pun menanti badannnya kembali seperti dulu lagi. Semoga ia akan ceria kembali esok nanti
Selengkapnya...